Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia tetap akan turun ke jalan untuk mengkritisi kinerja pemerintahan Jokowi yang dinilai masih jauh dari harapan rakyat dan janji-janji yang diucapkan dalam kampanye Pilpres.
Aksi turun ke jalan yang akan diikuti ribuan mahasiswa perwakilan BEM seluruh Indonesia ini digelar 21 Mei 2015 di depan Istana Merdeka Jakarta.
Andi Aulia Rahman Ketua BEM Universitas Indonesia atas nama perwakilan BEM perguruan tinggi di Indonesia pada Senin (18/5/2015) malam mengatakan tidak puas dengan hasil pertemuan Presiden Jokowi.
Jawaban yang diberikan Presiden tentang penuntasan kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang dituntut oleh mahasiswa dinilai normatif. Demikian pula masalah Permendikbud Nomor 49 tentang batas masa kuliah dan uang kuliah tunggal (UKT), Presiden berjanji akan menjawabnya di lain waktu.
Masalah BBM yang juga dikritisi mahasiswa, Andi Aulia Rahman menjelaskan, banyak jawaban dari Presiden yang membuat perwakilan BEM tidak puas. Soal kenaikan harga BBM, Presiden menjanjikan transparansi alokasi pengalihan subsidi BBM.
Presiden memberi kepastian pengelolaan blok Mahakam mayoritas akan dipegang negara. Dikatakan pula dalam satu atau dua minggu ke depan, Presiden akan mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada negara.
Sebagai bentuk jaminan negara tentang kenaikan harga BBM, negara akan mengeluarkan kebijakan harga batas atas yang selama ini naik turun. Secara umum, hasil pertemuan Senin (18/5/2015) malam dikatakan belum memuaskan perwakilan mahasiswa. Oleh karena itu, masih banyak persoalan yang harus diprotes dan dituntut lagi.
Ketua BEM Universitas Indonesia membantah, pertemuannya dengan Presiden pada Senin (18/5/2015) malam sebuah negosiasi untuk membungkam suara mahasiswa. (dwi/rst)