Anne Frank, remaja putri Yahudi penulis buku harian yang menjadi gambaran peristiwa upaya Nazi membunuh etnisnya (holocaust), diduga meninggal lebih awal dari yang selama ini diketahui.
Anne dan saudarinya, Margot, dinyatakan meninggal oleh pihak Belanda pada 31 Maret 1945 atau akhir Perang Dunia II, lansir Antara, Minggu (5/4/2015).
Kakak-beradik Frank meninggal karena tifus di kamp konsentrasi Bergen-Belsen, Jerman. Tanggal persis mereka meninggal tidak diketahui, demikian laporan LiveScience.
Anne Frank House, organisasi yang menjaga peninggalan Anne dan tempat persembunyian keluarga mereka di Amsterdam, Belanda, mengumumkan bahwa berdasarkan studi terbaru, sang gadis meninggal pada Februari 1945.
Studi tersebut dibuat berdasarkan analisis ulang dokumen lama dan pengakuan saksi yang selamat dari kamp konsentrasi Bergen-Belsen.
Saat pendudukan Nazi di Amsterdam, Annelies Marie Frank dan keluarganya hidup bersembunyi di bangunan tempat Otto Frank, ayah Anne, bekerja. Pada masa itu lah Anne menyimpan buku hariannya, yang diterbitkan setelah ia meninggal.
Pada 4 Agustus 1944 seseorang membocorkan tempat tinggal keluarga Frank, dan mereka pun ditangkap bersama keluarga lainnya yang bersembunyi bersama mereka.
Laporan Anne Frank House itu melacak keberadaan keluarga Frank sejak saat itu. Keluarga Frank dikirim ke kamp transit Westerbork, lalu Auschwitz-Birkenau, mereka tiba awal September 1944.
Anne, Margot dan Edith, ibu mereka, berada di Birkenau selama dua bulan sebagai budak.
Pada 1 November 1944, Anne dan Margot dikirim ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen setelah mendapat perlakuan yang tidak layak untuk menilai kemampuan mereka bekerja.
Terpisah dari ibu mereka, Frank bersaudari dikunci di gerobak ternak bersama 70 orang lainnya. Mereka hanya mendapat sedikit makanan dalam perjalanan yang memakan waktu dua hari.
Menurut laporan tersebut, para budak tidak tahu ke mana mereka akan dibawa.
Hanya sedikit saksi yang melihat Anne dan Margot di Bergen-Belsen. Analisis terbaru menunjukkan tidak ada catatan tentang mereka setelah 7 Februari 1945.
Saat seorang teman, Nanette Blitz, melihat Anne berada di kondisi yang buruk.
Menurut pengakuan Blitz di laporan tersebut, Anne tidak lebih dari tulang dan hanya berbalut selimut.
Beberapa saksi menyatakan Anne dan Margot terkena gejala tifus sebelum 7 Februari 1945. Penyakit tifus saat itu dibawa oleh kutu, umumnya mematikan dalam waktu 12 hari.
Peneliti yang terlibat menyimpulkan melihat kondisi Anne yang lemah, mungkin ia dan atau atau saudarinya tidak dapat bertahan hingga Maret 1945.
Kematian Anne merupakan salah satu tragedi di Bergen-Belsen di bulan-bulan terakhir Perang Dunia II. Menurut Anne Frank House, tifus dan kelaparan membunuh sebanyak 1.000 orang per hari di kamp sebelum pembebasan pada April 1945. (ant/iss)