Alat pendeteksi banjir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, rusak, sehingga terancam tidak bisa mendeteksi ketinggian air.
Gunadi, Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang mengatakan, alat pendeteksi banjir yang rusak itu berada di Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.
“Alatnya roboh terkena banjir dan kami sedang membongkarnya. Untuk sementara kami amankan di kantor,” katanya seperti dilansir Antara, Sabtu (21/2/2015).
BPBD Jombang mempunyai dua alat pendetksi banjir. Selain di Desa Ngrimbi tersebut, satu alat lainnya Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno. Namun, saat ini yang dilaporkan rusak ada di Desa Ngrimbi.
Fungsi alat tersebut sangat penting. Selain bisa mengetahui curah hujan, juga bisa mengetahui ketinggian air. Di alat tersebut juga dipasang server khusus yang langsung bersambung ke nomor petugas BPBD, sehingga setiap saat bisa mengetahui ketinggian air.
“Alat ini untuk pendeteksi banjir dan mengetahui curah hujan. Saat hujan sebelumnya, masih bisa mendeteksi ketinggian air, tapi setelahnya sudah tidak bisa. Kami menduga, sudah melebihi batas maksimalnya, dan ternyata kami dapat laporan alatnya roboh,” kata Gunadi.
BPBD Jombang saat ini hanya mengandalkan laporan dari alat pendeteksi banjir di Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno. Walaupun daerah itu juga terkena banjir, musibah itu tidak sampai merusakkan alat pendeteksi tersebut.
Gunadi mengatakan, secepatnya akan memperbaiki alat tersebut, sebab fungsinya sangat penting. Terlebih lagi, saat ini masih penghujan, dimana banjir bisa terjadi sewaktu-waktu. Bahkan, sampai saat ini banjir yang menimpa sejumlah daerah salah satunya di Kecamatan Mojoagung, juga belum surut sepenuhnya.
Banjir yang melanda sejak Kamis (19/2) malam itu sampai saat ini masih menggenang. Jika sebelumnya, ketinggian air bisa sampai 1-2 meter, saat ini masih sampai betis orang dewasa.
Di Kecamatan Mojoagung, daerah yang terkena banjir itu di antaranya adalah Desa Kademangan, Janti, Gambiran, dan Mojotresno. Selain itu, banjir juga terjadi di Kecamatan Sumobito, namun yang terparah adalah Kecamatan Mojoagung.
Bahkan, akibat ketinggian air yang sampai 2 meter, lebih dari 2.000 warga mengungsi. Mereka tinggal di posko serta sejumlah lokasi yang bisa digunakan untuk tempat tinggal sementara. (ant/iss/fik)