Sabtu, 23 November 2024
Setahun Tragedi AirAsia QZ8501

Agar Tak Larut Sedih Sepanjang Tahun

Laporan oleh Zumrotul Abidin
Bagikan
Salah satu keluarga korban membawa bunga mawar putih usai menghadiri acara setahun tragedi jatuhnya pesawat QZ8501. Foto: Abidin suarasurabaya.net

Setahun berlalu, tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 masih menyisakan kepedihan bagi keluarga korban. Namun, apapun itu mereka harus terus melanjutkan hidup tanpa orang-orang terkasih di dekat mereka.

“Sebagai manusia, sudah sepantasnya kami masih terenyuh, sedih dan kehilangan saat mengingat kejadian itu. Tapi, rasa rindu dan kangen itu harus dipasrahkan pada yang Kuasa,” ujar Imam Sampurno kakek yang kehilangan anak, menantu dan dua cucunya ini.

Hari-hari paling berat untuk dihadapi, menurut Imam adalah saat hari raya Idul Fitri kemarin. Dia merasa sedih saat melihat anak dan cucunya yang biasanya berkumpul, tapi tidak bisa lagi.

“Saya dan istri terus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat keimanan. Rindu itu kita pasrahkan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita tidak boleh larut memikirkan itu, yang lain kan masih ada,” katanya.

Suasana yang hampir serupa diakui sepasang suami istri Marcus dan Maria. Mereka berdua belum bisa melupakan kehilangan kakak, ipar dan dua keponakannya yang turut meninggal dunia dalam musibah pada 28 Desember 2014 itu.

“Mengenang masa lalu kadang memang perlu. Tapi, peristiwa itu sudah lewat. Tidak bisa lagi kembali seperti semula,” ujar pria asal Madiun ini.

Maria menambahkan, bahwa dia sempat tidak bisa lagi menahan air mata saat tayangan slide-slide foto dan video jatuhnya AirAsia QZ8501 diputar kembali di acara peringatan setahun, di gedung Mahameru Polda Jatim sore itu.

“Tadi sempat teringat kembali saat dilihatkan slide foto dan video. Tapi, kami terus berusaha mengiklaskan. Masak kita mau sepanjang tahun sedih. Kalau tidak ikut kita, mereka sekarang ikut Bapa di surga,” kata Maria.

Untuk mengenang setahun kejadian itu, keluarga besar Marcus dan Maria juga menggelar doa bersama di rumah duka yang ada di Malang. Maria juga terus berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan karena kejadian nahas itu, dengan terus beraktifitas.

“Nanti malam ada gelar doa di rumah duka di Malang. Saat dipakai aktifitas sehari-hari memang tidak merasakan sedih, tapi kalau diem teringat lagi,” kata Maria.

Dalam peringatan setahun tragedi AirAsia QZ8501 di Mapolda Jatim, Senin (28/12/2015), acara digelar tertutup dari media. Alasan manajemen AirAsia, untuk menjaga privasi para keluarga korban dalam berdoa bersama.

Dalam acara itu turut hadir Sunu Widyatmoko Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Marsekal Madya TNI FHB Soelistiyo, Irjen Pol Anton Setiadji Kapolda Jatim dan Tri Rismaharini Walikota Surabaya terpilih.

Acara yang selesai pukul 16.00 WIB itu, sempat juga ada video conference dari Tony Hernandes CEO AirAsia Group. Menurut Imam Sampurno, Tony sempat mengatakan dalam video conference, apapun bentuknya kejadian itu adalah guru dan pengalaman terbesar bagi AirAsia. Dengan begitu, pihaknya akan menata lebih baik lagi.

“Kepala Basarnas juga memberi apresiasi bagi AirAsia. Kasus tragedi pesawat jatuh yang penanganannya terbaik dan penuh penghormatan, ya AirAsia ini,” kata Imam.(bid/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs