Sabtu, 23 November 2024

Virus Ebola Tewaskan 887 Orang di Afrika Barat

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Korban tewas akibat wabah Ebola di Afrika Barat telah meningkat menjadi 887 dan 1.603 lebih telah terinfeksi, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dikatakan bahwa antara 31 Juli sampai 1 Agustus, total 163 kasus baru Penyakit Virus Ebola (EVD) dikonfirmasi laboratorium, kemungkinan, dan tersangka kasus serta 61 kematian dilaporkan dari Guinea, Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone, lapor ITAR TASS.

Tiga dari kasus-kasus ini di Nigeria dan termasuk dua kasus kemungkinan baru satu adalah seorang pekerja kesehatan dan satu warga Nigeria yang melakukan perjalanan ke Guinea dan kasus yang dicurigai pada perawat.

Margaret Chan Direktur Jenderal WHO mengunjungi Guinea dan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Guinea, Liberia, dan Sierra Leone untuk meninjau status epidemi Ebola dan mengadopsi strategi umum untuk membasmi Ebola dari sub-kawasan itu.

“Skala wabah ebola, dan ancaman terus-menerus itu, membutuhkan WHO dan Guinea, Liberia dan Sierra Leone untuk mengambil respon ke tingkat yang baru dan ini akan membutuhkan peningkatan sumber daya, keahlian medis dalam negeri, kesiapan dan koordinasi regional. Negara-negara tersebut telah mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan, dan WHO mengimbau masyarakat internasional untuk mendorong rencana tanggap ke depan,” katanya seperti dilansir Antara.

Chan mengumumkan rencana tanggap skala besar untuk melawan wabah Ebola. Dana bantuan darurat adalah sekitar 30 juta dolar AS dan 70 juta dolar lainnya diharapkan datang dari negara-negara donor, organisasi-organisasi dan individu.

Elemen-elemen kunci dari rencana baru termasuk strategi untuk menghentikan penularan penyakit Virus Ebola di negara-negara yang terkena dampak melalui peningkatan skala yang efektif, tindakan pengendalian wabah berbasis bukti; dan untuk mencegah penyebaran Penyakit Virus Ebola ke tetangga berisiko melalui penguatan kesiapsiagaan dan respon tindakan epidemi.

“WHO dan negara-negara yang terkena dampak dan tetangganya akan memperbaharui upaya untuk memobilisasi masyarakat dan memperkuat komunikasi sehingga orang tahu bagaimana menghindari infeksi, dan apa yang harus dilakukan jika mereka takut mereka mungkin telah masuk ke dalam kontak dengan virus itu”, kata organisasi.

Rencana itu juga menyerukan untuk mengirimkan ratusan dokter spesialis ke negara-negara Afrika Barat yang terkena dampak penyakit tersebut.

Menurut WHO, ratusan dokter dan lebih dari 120 spesialis yang sudah bekerja di lapangan dan sekitar 60 dokter telah meninggal akibat Penyakit Virus Ebola.

Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan pada 2 Agustus pihaknya “prihatin” atas Penyakit Virus Ebola yang menyebar di luar kendali di beberapa negara termiskin di Afrika Barat.

Ini mendesak pemerintah, organisasi internasional dan negara-negara donor untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna menghentikan penyebaran penyakit mematikan itu.

Panu Saaristo koordinator kesehatan darurat IFRC, mengatakan “Palang Merah Bulan Sabit Merah sangat khawatir bahwa situasi itu di luar kendali”.

Kapasitas respon dan sumber daya dari pemerintah dan lembaga bantuan kemanusiaan di negara yang terkena dampak sudah terentang melampaui batas dan virus terus menyebar, membuat ini wabah Ebola yang mematikan yang pernah ada.

Dia menyambut rencana dana 100 juta dolar, yang diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan negara-negara Afrika Barat yang terkena Penyakit Virus Ebola sebagai “langkah maju yang positif” sebagai sarana penting untuk mengatasi penyebaran penyakit mematikan itu.

Pada saat yang sama, IFRC “prihatin” atas respon lambat dan pengabaian komunitas internasional serta menyerukan peningkatan skala langsung dari upaya yang dilakukan.

Ini menekankan bahwa hanya tindakan bersama komunitas internasional yang akan memungkinkan pencegahan virus mematikan ini.

“Penyebaran virus hanya dapat dihentikan dengan dukungan peningkatan skala dan tindakan terkoordinasi oleh semua pihak pemerintah, perusahaan, lembaga donor dan organisasi bantuan. Kita tidak bisa terus menutup mata pada apa yang terjadi di Afrika barat”.

“Kelambanan akan menyebabkan penyebaran lebih lanjut virus mematikan ini melintasi perbatasan wilayah terpencil ini, membuat ketakutan yang sesungguhnya,” kata Saaristo. (ant/dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs