Bagi Tri Rismaharini Walikota Surabaya, menutup Lokalisasi Dolly dan Jarak bukanlah perkara mudah. Aneka ancaman bahkan sempat dia dapatkan selama perjalanan untuk mengubah kawasan lokalisasi terbesar di Indonesia itu.
“Anak saya sampai nangis pengen saya (pergi) ke Malang takut ancaman pembunuhan,” kata Risma ketika menceritakan ikwal penutupan Dolly di kantornya, Kamis (19/6/2014).
Risma mengaku hanya bisa menguatkan anaknya jika berbagai ancaman sudah sering mereka alami. Bahkan sejak Risma menjabat Kepala Bagian Bina Bangunan, ancaman pembunuhan juga sudah dia terima.
“Dulu (waktu menjabat Kabag Bina Bangunan) kan sudah sering diancam dan kamu tidak takut, kenapa sudah besar kok malah takut. Kamu kan percaya yang berhak nyabut itukan Tuhan,” kata Risma menirukan ucapannya kepada anaknya.
Yang pasti, ada satu kejadian yang menguatkan Risma untuk nekat menutup Dolly dan Jarak. Moment itu ketika suatu saat di tahun 2012 silam ada 20 anak yang mendatanginya.
Saat itu, 20 anak kawasan lokalisasi ini pingsan di pelukan Risma meminta Dolly dan Jarak ditutup. “Padahal badannya gede-gede, aku saat itu juga pingsan dan aku malah yang digotong karena mereka sudah sadar duluan,” kata dia.
Persoalan traumatik anak dan penyimpangan psikologis anak adalah alasan utama bagi Risma untuk melakukan penutupan. Sejak tahun 2012 itulah, berbagai program lantas dijalankan. Tujuannya satu yaitu agar Dolly dan Jarak segera ditutup sehingga kawasan perkampungan di daerah itu bisa bersih. Anak-anakpun bisa terbebas dari beban traumatik.
Selain itu, ancaman gesekan yang terjadi antara ormas dan para pekerja lokalisasi juga menjadikan alasan tersendiri kenapa Risma melanjutkan upaya untuk menutup Dolly dan Jarak.
“Itu Kiai-kiai dan FPI di depan minta izin untuk ke sana (doly). Kan ndak bisa aku biarkan terjadi anarkis. Coba itu ada sekian pesantren dan masjid sedang berdoa, mereka itu ibarat macan tidur. Jadi ya biarkan aku sendiri yang menutup jangan mereka,” kata Risma.
Merebaknya berbagai penyakit kelamin khusus HIV/AIDS juga menjadi penyebab kuatnya niatan Risma untuk melakukan penutupan. Apalagi data terakhir menunjukkan sedikitnya ada 218 pekerja lokalisasi di Dolly dan Jarak yang kini sudah terjangkit HIV/AIDS.
Karenanya, apapun yang terjadi Risma mengaku akan terus melanjutkan upaya penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak ini. “Aku kemarin mendapatkan surat dari anak kecil mengatakan meski belum maksimal tapi InsyaAllah Bu Risma sudah berbuat. Tapi memang belum sempurna ya aku akan berusaha,” ujarnya.
Dan kini usaha itu sudah mulai membuahkan hasil. Deklarasi penutupan juga telah digelar di Islamic Centre pada Rabu (18/6/2014) malam. Bahkan mulai hari ini, secara bergantian para PSK dan Mucikari juga mulai menerima biaya kompensasi atas penutupan ini.
Memang belum semua PSK dan Mucikari bersedia lokalisasi itu ditutup. Tapi Risma tetap yakin jika secara bertahap proses ini akan berhasil. Dolly diharapkan segera terbebas dari pelacuran sehingga kawasan itu menjadi lebih aman dan lebih sejahtera. (fik/rst)