Mohammad Alwi, Kepala Otoritas Wilayah Bandara 3 pada Radio Suara Surabaya, sabtu (8/3/2014) malam mengatakan, kecelakaan penerbangan, biasanya dipengaruhi tiga faktor utama yaitu cuaca, human error dan kesalahan aircraft .
“Tapi untuk poin kesalahan aircraft di kasus Malaysia Airlines MH 370, sepertinya hampir mustahil terjadi,” kata Alwi. Apalagi, Boeing 777-200, merupakan pesawat dengan desain terkini atau dreamliner .
Tak hanya itu, pesawat ini juga dilengkapi dengan twin engine yang memungkinkan pesawat bisa tetap terbang walau hanya dengan satu mesin.
Alwi menambahkan, pesawat boeing 777-200 yang sudah beroperasi mulai 7 tahun yang lalu di dunia penerbangan ini, masuk kategori irit bahan bakar. “Ilustrasinya begini, Kuala Lumpur – New York tidak perlu berhenti untuk isi bahan bakar atau re-fuelling,” ujarnya.
Alwi sekaligus membantah anggapan bahwa Malaysia Airlines, kemungkinan jatuh akibat kehabisan bahan bakar. “Jarak Kuala Lumpur -Beijing kan lebih dekat dari Kuala Lumpur- New York, jadi menurut perkiraan, masih ada sisa bahan bakar untuk 2 jam lagi penerbangan,” Kata Alwi.
Saat terbang, pesawat yang telah lulus uji sertifikasi penerbangan di Amerika Serikat ini, memuat 239 penumpak dan awak pesawat. Artinya, kata Alwi, kondisi pesawat tidak penuh karena hanya terisi 85 persen penumpang.
Jika pesawat jatuh diperairan, Alwi memperkirakan kondisi pesawat akan selamat karena pesawat ini bisa survive di perairan. Apalagi, pesawat ini termasuk katagori pesawat penumpang, yang memiliki prosedur keselamatan pendaratan air.
“Pesawat ini bisa seperti kapal saat mendarat di air. Jadi, akan mengambang. Pesawat juga memiliki standar waktu evakuasi maksimum sesuai jumlah penumpang yang ada di dalamnya, ” ujar Pria yang pernah membidangi sertifikasi pesawat selama 24 tahun ini.
Alwi mengatakan, untuk mengetahui penyebab pasti tragedi ini, dirinya tetap minta semua pihak menunggu kabar resmi dari investigasi Flight Data Recorder atau kotak hitam. (ras/fik)