Melakukan screening cukup ketat terhadap karya-karya ilmiah yang dibuat kalangan akademisi termasuk para mahasiswa di kampus dianggap menjadi satu diantara upaya menangkal aksi plagiarisme.
“Kami lakukan screening cukup ketat bagi para mahasiswa yang mulai mengerjakan tugas akhir atau skripsi, termasuk dengan memberikan pendampingan secara khusus bagi mahasiswa oleh dosen pembimbing,” terang Desi Yoanita ketua jurusan Komunikasi UK Petra Surabaya.
Mulai dari pemilihan judul, hingga menjelang pelaksanaan sidang skripsi, lanjut Desi, kampus melakukan pengawasan dan penelusuran karya yang dibuat oleh mahasiswa.
“Jika memang ditemukan atau ada indikasi melakukan plagiarisme maka mahasiswa diminta untuk melakukan revisi. Lebih jauh skripsi mahasiswa tersebut akan ditunda pelaksanaan sidangnya,” tukas Desi pada suarasurabaya.net.
Agustinus Lis Tyantoro Dosen Pariwisata Universitas Ciputra Surabaya, menegaskan bahwa screening harus dilakukan bagi siapapun yang membuat karya ilmiah, agar karya tersebut benar-benar memiliki manfaat bagi orang lain.
“Tidak sekadar membatasi atau menangkal terjadinya kejahatan akademik dalam bentuk plagiarisme, screening ketat juga memberikan kesempatan karya ilmiah tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat,” kata Agustinus Lis Tyantoro.
Sementara itu, ditambahkan Agustiawan Joko Samudro Humas dan Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya, bahwa screening ketat bagi karya mahasiswa dimasa mendatang sangat bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri.
“Kalau sejak sebelum membuat skripsi mahasiswa diingatkan untuk tidak coba-coba melakukan plagiarisme, sebenarnya justru membuat mahasiswa terbiasa menghasilkan karya ilmiah yang orisinal. Ini justru penting dimasa mendatang,” tegas Agustiwan Joko Baruno, Rabu (26/2/2014).(tok/ipg)