Pendidikan seksual secara dini, bukan bermakna mengajarkan seks sejak dini kepada remaja atau anak-anak. Tetapi justru mengajak anak-anak untuk mengenal dan mengetahui fungsi serta kegunaan sekaligus dampak yang ditimbulkan akibat pemahaman tentang seksual yang salah.
“Pendidikan seksual sejak dini, harus dimaknai sebagai proses pembelajaran, pengenalan, serta pemahaman berbagai dampak yng bisa terjadi sebagai akibat pemahaman fungsi alat-alat reproduksi dalam kaitannya dengan seks. Bukan kemudian dimaknai sebagai mengajarkan seks. Ini yang harus diluruskan,” terang Isa Ashori dari Hotline Pendidikan Jawa Timur.
Saat ini, lanjut Isa, masih banyak anggapan masyarakat yang salah kaprah terkait dengan pendidikan seksual. Pendidikan seksual selalu saja dimaknai sebagai memberikan pelajaran seks yang aman. “Pemahaman yang keliru itu juga harus diluruskan,” kata Isa.
Pendidikan seksual secara dini, tambah Isa, diharapkan nantinya memberikan anak-anak didik mengetahui fungsi serta kegunaan segenap alat reproduksi yang dimiliki oleh manusia. “Jadi tidak penting dan justru menimbulkan persoalan, jika hanya diperkenalkan dengan alat reproduksi tetapi tidak diberikan pemahaman tentang bagaimana resiko atau dampak yang ditimbulkan,” ujar Isa.
Jika anak sejak dini mengenal alat reproduksi, termasuk dampak sekaligus fungsinya bagi kesehatan diri sendiri, maka selanjutnya adalah memberikan pondasi nilai-nilai moral dan keagamaan, agar tidak menyalahgunakan pendidikan seksual yang diperolehnya dibangku pendidikan.
“Oleh karena itu, menyoal terjadinya seks bebas, penyakit menular seksual, hingga HIV/Aids, sekaligus memperingati Hari AIDS Sedunia, pendidikan saat ini harus dibarengi dengan pendidikan seksual, pendidikan moral, sehingga perilaku-perilaku seksual yang keliru bisa dihindarkan,” pungkas Isa Anshori pada suarasurabaya.net, Senin (1/12/2014).(tok/ipg)