Cindy Eleonora Gani mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya menuangkan ide kreatifnya dalam bentuk sepatu yang didesain khusus untuk penderita cacat kaki.
Secara khusus, sepatu yang dinamai: Snique diperuntukkan anak-anak penyandang cacat CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) atau kaki bengkok ke dalam akibat kelainan sejak dalam kandungan.
Nama Snique sendiri dipilih karena sepatu karyanya itu dinilai unik dan berbeda dibandingkan sepatu lainnya yang biasa dibuat untuk penyandang cacat. Lalu dikombinasikan merk sepatu berjenis Sneakers. Maka jadilah: Snique.
Soal pilihan warna, dikatakan Cindy sengaja dipilih warna-warna yang ceria karena sepatu tersebut dikhususkan bagi anak-anak hingga remaja penyandang CTEV usia 6 tahun hingga 18 tahun.
“Awalnya memang aku dapat tugas kuliah untuk membuat produk bagi penyandang cacat, kebetulan waktu pulang dari kampus aku melihat pengemis di jalan yang kakinya bengkok ke dalam. Karena tertarik kemudian aku browsing apa nama kelainannya dan didiskusikan dengan dosen hingga akhirnya aku memustuskan untuk membuat sepatu bagi penyandang cacat seperti pengemis yang aku lihat, tapi kali ini aku buatkan khusus untuk anak-anak,” cerita bungsu pasangan Sutikno Gani dan Ratna Yunita.
Bekerjasama dengan pengerajin sepatu di kawasan Gebang Kidul Surabaya, Cindy merancang sendiri sepatu-sepatu Snique karyanya agar dapat dipergunakan secara maksimal oleh anak-anak penyandang CTEV.
Yang membedakan Snique dengan sepatu penyandang cacat lainnya, adalah Snique terdiri dari 2 bagian penting dalam penggunaannya. Bagian pertama adalah semacam penguat kaki terbuat dari rotan dan aluminium berfungsi sebagai penopang dan memperkuat dasar kaki penyandang CTEV yang melengkung ke dalam.
“Yang kedua adalah bagian sepatu yang didesain dengan sol sedemikian rupa secara khusus, agar dapat difungsikan secara optimal bagi anak-anak yang menggunakannya agar dapat leluasa berjalan,” kata Cindy.
Ditemui terpisah, Kumara Sadana Putra, S.Ds.,M.A. satu diantara dosen yang melakukan penilaian terhadap karya Cindy menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki demi kenyamanan pemakainya.
”Sepatu ini unik, hanya saja ada beberapa yang harus diperbaiki seperti sol yang seharusnya bisa dicopot agar dapat menyesuaikan usia penderita CTEV jika bertambah dewasa, kemudian untuk rotan penguat harus disesuaikan juga bahan rotannya agar mudah dicari untuk tiap pembuatan,” tukas Kumara Sadana Putra pada suarasurabaya.net, Rabu (5/2/2014).(tok/rst)
Teks foto:
-Untuk anak-anak dan remaja penderita CTEV.
Foto: Totok suarasurabaya.net