Seniman Ludruk wajib mampu menghadirkan Dunia Ludruk pada anak-anak muda saat ini agar mereka paham dan dapat menikmati pementasan Ludruk. Jika tidak maka Ludruk dapat dipastikanakan ditinggalkan. Ludruk tifdak lagi punya penonton. Padahal Ludruk adalah satu diantara kekayaan lokal Surabaya dan Jawa Timur.
“Seniman Ludruk memang punya kewajiban untuk mampu menghadirkan Dunia Ludruk itu sendiri diantara aktivitas anak-anak muda. Jika tidak, maka Ludruk ditinggalkan. Digantikan dengan pentas-pentas cerita dari barat. Ini tidak benar. Ludruk harus tetap menjadi bagian seni budaya lokal yang menarik,” terang drs. Sinarto S.Kar, penulis naskah Sarip Tambak Oso (tidak mati).
Namun demikian, ditambahkan Sinarto bahwa Dunia Ludruk tidak harus merubah diri agar menjadi bagian dari seni budaya anak muda. Ludruk dengan segala kelengkapannya wajib tetap dihadirkan pada sebuah pementasan dihadapan anak muda. “Tetap pada komposisi Ludruk yang sebenanrya,” kata Sinarto.
Dunia Ludruk yang dimaksudkan Sinarto adalah seluruh babak-babak dalam pementasan Ludruk yang sebenarnya bisa ditampilkan dan dipahami anak-anak muda. “mulai dari Remo, Dagelan, hingga cerita yang ditampilkan dapat diterima anak muda. Ini wajib dipikirkan para seniman Ludruk,” tegas Sinarto pada suarasurabaya.net, Sabtu (13/12/2014).
Sementara itu, ditegaskan DR. Jarianto M.Si, kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur, terkait dengan keberadaan kesenian Ludruk, seharusnya Jawa Timur memiliki kelompok-kelompok Ludruk yang terbaik, lantaran dari provinsi inilah Ludruk hadir.
“Untuk itu, Festival Ludruk Remaja dengan format penuh, tahun ini harus diagendakan. Harus digelar, agar muncul bibit baru seniman Ludruk. Agar masyarakat jika ingin melihat Ludruk yang bagus itu ke Jawa Timur. Demikian juga pada para seniman Ludruk, harus mampu hadirkan karya-karya yang dapat diterima kalangan anak muda,” harap Jarianto.(tok)