Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) membantah ada peningkatan semburan lumpur lapindo akibat aktifitas Gunung Kelud.
Dwinanto Hesti Prasetyo Humas BPLS mengatakan ini pada Radio Suara Surabaya.
“Sampai saat ini belum ada kajian ilmiah yang menyebutkan, lumpur lapindo berhubungan dengan aktifitas vulkanik. Jadi contoh..gak usah jauh-jauh, di Gunung Penanggungan dekat-dekat sini, tidak membawa pengaruh, termasuk Kelud. Yang terbukti ada hubungan adalah gempa tektonik, jadi gempa-lah yang kami khawatirkan,” terang Dwi.
Sementara itu, sejak kemarin pagi Rabu (19/2/2014) semburan lumpur di sisi selatan terlihat meningkat dibanding hari-hari biasanya. Pihak BPLS belum bisa menyimpulkan apakah itu menunjukkan peningkatan semburan lumpur atau tidak.
“Disini banyak kanal alami yang mengarah ke timur, utara, selatan dan barat. Sejak kemarin di sisi selatan lebih deras, dugaan kami karena ada alur kanal yang buntu,” kata Dwi.
Dia juga mengatakan suhu lumpur meningkat dari biasanya 35-45 derajat, saat ini 45 sampai suhu tertinggi 50 derajat. Sementara semburan yang keluar didominasi air lumpur yang encer tapi lebih pekat dari biasanya.
“Memang ada perubahan tapi semua masih dalam batas normal, yang kami waspadai adalah gas beracun, pantauan detector kami hasilnya aman dan tidak ada gas beracun di pusat semburan,” kata Humas BPLS ini.
Untuk antisipasi, saat ini BPLS berupaya agar limpasan lumpur tidak mengarah ke sisi barat. Aktifitas pemantauan terus dilakukan diantaranya mengerakkan ekskafator dan kapal-kapal pengeruk untuk mengarahkan semburan lumpur ke arah selatan atau menghindari pemukiman warga dan Raya Porong. (rst)