Densus 88 menangkap 2 pelaku terduga terduga teroris yang tinggal Jl Tanah Merah I/17. Kombes Polisi Awi Setiono Kabid Humas Polda Jawa Timur menyebut mereka bagian dari kelompok Santoso Poso. Siapa sebenarnya Santoso dan bagaimana sepak terjangnya? Informasi yang dihimpun suarasurabaya.net dari berbagai sumber menyebutkan Santoso merupakan satu diantara buronan kasus terorisme yang paling dicari polisi saat ini.
Dia juga disebut-sebut berada di balik pembunuhan anggota polisi dan perencanaan aksi teror dengan bom bunuh diri di Poso. Sampai dengan akhir tahun 2013, polisi sudah menangkap 12 anggota jaringan santoso.
Terakhir pada 30 Desember 2013 lalu, Densus 88 meringkus Atok alias Margono di Poso. Dia disebut Brigjen Boy Rafli Amar Kabiro Penerangan Masyarakat Mabes Pori, sebagai kolaborator dalam perencanaan aksi bom bunuh diri. Tugasna mengantar ‘pengantin’ atau pelaku bom bunuh diri.
Santoso juga diduga terlibat penembakan tiga anggota polisi di depan kantor BCA Palu pada 25 Mei 2011 dan disebut juga memimpin pelatihan paramiliter di Poso. Dalam berbagai konferensi pers yang digelar polisi setelah penangkapan anggota kelompok ini, Santoso juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh pelaku teror kelompok Solo, Bojonggede, Tambora, serta Beji. Di Jawa Timur, jejaknya ada di Tulungagung. Dalam penangkapan 22 Juli 2013 lalu di Tulungagung, Densus 88 menangkap 4 orang, 2 diantaranya ditembak mati.
Dalam melakukan aksi terornya, Santoso menggerakkan anggotanya menghalalkan segala cara (fa’i). Diantaranya yang dilakukan oleh Imron yang ditangkap polisi pada 8 Oktober 2012 lalu. Kelompok ini juga dikenal militan, siap mati melawan jika ditangkap, seperti yang terjadi pada 3 November 2012 lalu. Kholid, satu diantara pelaku teroris yang akan ditangkap Densus 88 sempat melemparkan bom pipa pada polisi. Namun akhirnya dia ditembak mati sebelum sempat melemparkan bom pipa tersebut.
Jenderal Polisi Sutarman Kapolri awal tahun ini mengaku kesulitan menangkap Santoso karena pimpinan kelompok teroris ini selalu berpindah tempat di medan belantara yang berat. “Kendalanya memang medan yang cukup berat,” kata Sutarman beberapa waktu lalu.
Untuk menangkap Santoso, polisi berkoordinasi dengan TNI untuk melakukan patroli di kawasan Sulawesi Tengah.
Semenjak diburu polisi, dikatakan Kapolri, kelompok ini tercerai berai. Namun mereka masih konsisten melakukan aksinya secara sporadis. Saat diburu, mereka lari, diantaranya ke Pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, juga Aceh.(edy)