Sejak Selasa (17/6/2014) hingga Rabu (18/6/2014) beberapa daerah di Sidoarjo masih terendam banjir. Hingga Rabu malam, beberapa daerah yang tergenang banjir diantaranya Kompleks Juanda, perumahan Gedangan, Aloha, Trosobo dan Taman. Banjir ini juga berdampak pada arus lalu lintas seperti di Trosobo. Jalur Krian-Surabaya ini harus ditempuh dalam waktu 3 jam.
Lewat forum #Diskusi FB e100, para followers menuliskan uneg-unegnya mengenai penyebab banjir parah di wilayah delta ini.
Daerah Sidoarjo bagian Gedangan dan Juanda dulunya di dominasi daerah persawahan, saat ini beralih fungsi menjadi perumahan. “Kita butuh pemukiman, petani butuh uang karena sawah sudah tidak lagi menjanjikan. Akhirnya, banyak sawah jadi pemukiman. Solusinya, ya kembalikan lagi lahan sesuai fungsinya. Kalau sudah terlambat, ya tambah saja resapan airnya, ” Tulis akun Agung Kurniawan.
Pendapat Agung didukung oleh akun Idam Bintang Susetya, menurut Idam peralihan lahan harus diimbangi dengan sistem drainase yang baik. Sehingga ketika banjir, air tidak “bingung” harus lari kemana.
Bukan hanya persoalan sawah jadi beton saja, tapi bangunan-bangunan liar yang berdiri di daerah resapan air juga menjadi penyebab banjir.
“Di daerah Bringin Kemendung, di sepanjang perlintasan kereta api, itu bangunan liarnya banyak. Padahal itu daerah resapan air. Di Trosobo itu, tanah resapan sudah berubah jadi perumahan dan ruko. Kalau sistem drainasenya bagus, ga masalah. Nah ini ?!”
Selain persoalan alih fungsi lahan, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan masih rendah. Sehingga, persoalan klasik, buah sampah sembarangan masih menjadi salah satu penyebab banjir. “Sungai di Tambak Sumur dan Tambak Sari Sidoarjo penuh sampah, jelas sungainya jadi dangkal, kalau sudah banjir gini bingung, “ Tulis akun Feby Rahardjo.
Hingga berita ini ditampilkan beberapa warga Sidoarjo di wilayah Sedati dan Bungah sudah diungsikan oleh BPBD Sidoarjo. Di wilayah Pepelegi, banjir yang semula 30 cm bertambah tinggi menjadi 50 cm. (ras/rst)
Teks Foto:
– Banjir di wilayah Bangah Aloha
Foto: Andrie Wijaya via e100