Jumat, 22 November 2024

Presiden RI Tandatangani Prasasti Yonif-10 Marinir

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Foto: Dispen Kormar

Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A., menandatangani prasasti peresmian Batalyon Infanteri-10 Marinir di Akademi Militer Magelang, Jumat (17/10/2014).

Penandatanganan prasasti tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Akademi Militer Magelang dalam rangka peresmian ‘Museum Paviliun 5’ yang berada di Akmil Magelang. Pada kesempatan tersebut Presiden juga menandatangani prasasti peresmian Skuadron F16 yang berada di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

“Pembangunan Yonif-10 Marinir merupakan langkah pemerintah untuk memperkuat TNI, jika TNI kuat maka Negara akan kuat,“ kata Presiden sebelum menandatangani Prasasti Yonif-10 Marinir.

Pada kesempatan yang sama saat menyampaikan paparan kesiapan Ksatrian Yonif-10 Marinir dihadapan Presiden, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio menyatakan pembentukan Batalyon Infanteri -10 Marinir yang bermarkas di Pulau Setoko Batam Provinsi Kepulauan Riau merupakan Satuan Marinir yang berkekuatan Satu Batalyon Infanteri Marinir diperkuat, yang dilengkapi dengan Unit Combat Boat, Sea Raider, Tank Amfibi, dan peralatan canggih lainnya, sehingga akan mampu menjaga keamanan dan memperkuat pertahanan di wilayah tersebut.

Batalyon Infanteri-10 Marinir mempunyai semboyan “Satria Bhumi Yudha”. Satria mempunyai makna prajurit laut yang gagah berani. Bhumi artinya tanah air. Yudha mempunyai arti perang. Jadi Satria Bhumi Yudha memiliki makna prajurit laut yang gagah berani yang selalu siap sedia berperang di darat maupun di laut dengan tujuan untuk menjaga setiap jengkal tanah air. Komandan Batalyon Infanteri-10 Marinir dijabat oleh Letkol Marinir Kresno Pratowo yang pernah berdinas di Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan juga pernah menjabat Komandan Yonif-4 Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan.

Yonif-10 Marinir berdiri di atas lahan seluas 37 hektar, dilengkapi sejumlah fasilitas yaitu markas batalyon, balai prajurit, helipad, mess perwira , mess bintara, mess tamtama, rumah dinas, garase angkutan dan rantis, bangunan markas kompi, barak kompi, dapur,lapangan apel, fasilitas olah raga, balai pengobatan, lapangan tembak dan sarana ibadah. Peletakan batu pertama pembangunan Markas Batalyon Infanteri-10 Marinir dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio pada 5 Juni 2013.

Pembangunan Yonif-10 Marinir, berawal dari Direktif Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono kepada Komandan Korps Marinir Letnan Jenderal TNI (Mar) Muhammad Alfan Baharudin pada akhir Juni 2011 di Istana Negara tentang pentingnya mendirikan batalyon Marinir di sekitar Batam. Beberapa saat kemudian, ketika berada di atas Kapal Perang Republik Indonesia Diponegoro pada saat kunjungan ke Pos perbatasan Republik Indonesia – Singapura di Pulau Nipah, tanggal 25 Januari 2012, Presiden Republik Indonesia menetapkan Pulau Setoko sebagai lokasi batalyon Marinir.

Selanjutnya melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor B.394 / Seskab / VII / 2012 tanggal 10 Juli 2012 dibuatlah Rencana Pembangunan Markas Komando Batalyon Infanteri-10 Marinir. Menindaklanjuti hal tersebut Panglima TNI dengan Surat Nomor 26 Tahun 2013 tanggal 29 November 2013 menegaskan pembentukan Batalyon Infanteri-10 Marinir. Berikutnya Kasal menguatkan melalui Peraturan Kasal nomor 4 tahun 2014 tanggal 17 Februari 2014 tentang pembentukan Batalyon Infanteri-10 Marinir.

Selain bersemboyankan Satria Bhumi Yudha, Yonif-10 Marinir juga memiliki bendera perang yang bergambar senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau yaitu ‘Pedang Jenawi’ sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya masyarakat Riau. Pedang Jenawi adalah senjata berbentuk lurus panjang dan digunakan dengan dua belah tangan. Mata Pedang Jenawi terbuat dari besi kualitas baja, hulunya terbuat dari tembaga, panjang bisa mencapai satu meter. Keunggulan Pedang Jenawi adalah bisa ditebaskan ke kiri dan ke kanan, selain itu juga dapat menjadi tombak yang diarahkan ke depan. Dengan demikian Pedang Jenawi dapat memberikan ancaman dari tiga arah. Kalau orang Melayu sedang berperang dengan Pedang Jenawi, maka dia akan mengatakan rambah ke kanan rambah kelayau, rambah ke kiri rambah keladi. Artinya Pedang itu bisa merambah sasarannya seperti lembutnya batang kelayau dan batang keladi, tidak terasa tapi mematikan.

Pedang Jenawi ini dipakai oleh para panglima perang kerajaan di Riau dalam pertempuran melawan Portugis dan Belanda tempo dulu. Pedang Jenawi ini tidak sembarangan dipegang oleh para pejuang. Orang yang memegang harus handal dalam bersilat dan lebih-lebih adalah orang yang cukup zuhud dalam Islam.

Karena itu langkahnya selalu dipandang oleh anak buahnya, bukan langkah sembarangan tapi langkah yang meminta Ridha pada Allah SWT, ia bahkan bersembahyang dua rakaat sebelum membawa Pedang Jenawi ke medan peperangan.

Bagi Prajurit Yonif-10 Marinir “Satria Bhumi Yudha” memaknai nilai-nilai dari Keagungan Pedang Jenawi tersebut, dengan harapan memiliki keampuhan dalam setiap Palagan Peperangan di muka bumi untuk menegakkan kedaulatan NKRI.

Saat penandatanganan prasasti Yonif-10 Marinir, seperti dilansir dalam surat elektronik yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (17/10/2014), Presiden didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio, Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, Gubernur Akmil Mayjen TNI Sumardi, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A.Faridz Washington, Mantan Dankormar Letjen TNI Mar (Purn) M. Alfan Baharudin, Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Kasirun Situmorang, Danpasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Denny Kurniadi, S.Mn., Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Para Perwira Tinggi TNI / Polri.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs