Setelah lulus SMA, mau meneruskan sekolah kemana? Pertanyaan itu sering muncul menjelang kelulusan SMA, dan membuat calon mahasiswa berpikir keras atau malah pasrah, apa kata orang tua atau apa kata teman nanti.
Lewat #Diskusi yang diadakan secara paralel di fanpage Suara Surabaya e100 dan twitter @youthssfm, banyak komentar yang menyebutkan dalam memilih jurusan ada banyak faktor yang harus diperhatikan.
Seperti pendapat akun twitter @lewievita, bagi dia pemilihan jurusan harus berkaitan dengan peluang kerja di masa depan, “Pilih jurusan yang berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan jaminan hidup lebih baik,.
Jika melihat pendapat tersebut, tidak heran jurusan kedokteran, hukum, ekonomi dan akutansi masih menjadi jurusan favorit. Padahal, untuk menjalani pendidikan menjadi dokter, tidak segampang kelihatannya. Dibutuhkan kemampuan analisa dan hafalan yang jitu serta ketelatenan untuk menjalankan proses pendidikan yang panjang.
Akun Dian Fitriani pun berpendapat serupa, “Anak-anak SMA sekarang cenderung memilih jurusan dokter, dgn kualifikasi tujuan universitas yg tinggi pula, Tidak memikirkan kemampuan dirinya, “
Sementara itu Astrid Wiratna, Psikolog dari Ikatan Psikologis Klinis Jawa Timur pada Radio Suara Surabaya menjelaskan, yang terpenting dalam memilih jurusan adalah peran orang tua untuk mengenalkan berbagai bidang pada anak sedini mungkin,
“Kenalkan banyak profesi pada anak jadi anak juga punya banyak pilihan cita-cita. Tidak jadi itu-itu saja. Selain itu, katakan juga konsekuensi yang harus dia ambil saat memilih jurusan tertentu, biar nggak kaget, ”
Akun Trya Paramita Oktanurina juga sependapat dengan Astrid. “Memilih jurusan memang harus dengan pertimbangan kesesuaian minat bakat tetapi pasti adaa sajaa hambatannya, seperti contohnya masih banyak orang tua yg memaksa anaknya harus masuk di jurusan tertentu, selain itu, biaya perkuliahan jurusan tertentu muaaaahaaaaalnya selangit. sudah ada minat tapi tidak punya uang ya sama saja,”.
Akun @dantooo juga sependapat denga Trya, minat dan bakat dalam pemilihan jurusan memang penting tapi harus diingat juga biayanya.
Kebingungan anak dalam memilih jurusan, Kata Astrid juga dipengaruhi faktor Orang Tua yang terlalu fokus ke akademis sehingga lupa mengembangkan minat dan bakat.
Namun, akun Syukron Al-maliky Sueffy dari sudut pandang orang tua, berpendapat bahwa anak biasanya otodidak dalam memilih jurusan, karena ada pengaruh dari lingkungan dan media, “Orang tua hanya bisa mengarahkan saja, tergantung anak yang menentukan, karena banyak hal yang mempengaruhi seorang anak untuk mewujudkan obsesinya. Pengaruh2x otodidak seorang anak bisa dari lingkungan, teman, kolega bahkan dari beberapa media yang meyakinkan seorang anak tuk bisa menjadi teknolog atau teknokrat, atau jadi apa yang diobsesikan, ”
Astrid Wiratna juga menambahkan, orang tua dan anak harus sama-sama realistis dalam menentukan jurusan, “Orang tua harus tahu, dimana letak kemampuan anaknya. Kalau nilai akademisnya kurang dari 6,5 misalnya, jangan paksakan ke perguruan tinggi, lebih baik kursus saja, ” (ras/rst)