Pernyataan Polda Jatim soal teroris akan ledakkan Dolly sangat aneh. Hal ini ditegaskan Neta S Pane Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) pada suarasurabaya.net, Selasa (21/1/2014).
Neta mempertanyakan pernyataan polisi yang menyebutkan, orang-orang yang disebut sebagai teroris itu akan meledakkan kawasan prostitusi Dolly di Surabaya.
Pernyataan ini aneh, karena selama ini yang paling sering mengobok-obok tempat maksiat adalah ormas-ormas Islam tertentu dan bukan kelompok teroris.
Pernyataan ini tentu sangat aneh. Musuh utama orang-orang yang disebut sebagai teroris selama ini adalah kepentingan asing atau negara-negara barat. Kemudian, polisi “menggeser” musuh utama orang-orang yang disebut sebagai teroris itu adalah aparat keamanan.
Kemudian “menggesernya” lagi menjadi komplek pelacuran. Ini tentu sangat aneh. Terlepas dari semua itu, IPW memberi apresiasi pada Polda Jatim yang terus mengantisipasi kantong-kantong kelompok radikal di daerahnya, hingga kemudian berhasil menggerebek dan menangkap orang-orang yang disebut sebagai teroris.
Sikap antisipasi dan deteksi dini ini memang harus terus menerus dilakukan Polda Jatim. Apalagi di tahun 2013, Jatim berada di urutan kedelapan daerah paling rawan konflik di Indonesia. Tahun 2013 ada 7 peristiwa konflik sosial, yang menyebabkan 8 tewas, 3 luka, 1 masjid dirusak, 1 rumah dirusak, 38 sepeda motor dirusak. Artinya, antisipasi harus dilakukan agar korban-korban di tahun 2013 tidak terulang lagi.(faz/ipg)