Perempuan yang dimadu atau istri yang suaminya menikah lagi, rentan mengalami gangguan kesehatan. Ini disampaikan Dr Ari F Syam Pakar kesehatan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
“Berbagai penelitian yang dilakukan di Suriah, Palestina, Turki, Jordania, Kuwait menyebutkan bahwa istri pertama akan mempunyai masalah kesehatan, keluarga dan masalah ekonomi yang lebih besar dibandingan pada perempuan dalam perkawinan monogami,” kata Ari di Jakarta, Sabtu (16/8/2014).
Melansir Antara, penelitian yang dilakukan pada perempuan Suriah, diketahui perempuan yang mengalami poligami mengalami penurunan kepuasan hidup dan kepuasan perkawinannya juga menurun.
“Para perempuan yang mengalami poligami akan mengalami permasalahan gangguan jiwa yang berdampak juga buat kesehatannya. Mereka lebih mudah jatuh kedalam depresi, gangguan psikosomatik, mudah mengalami kecemasan dan juga bisa mengalami paranoid,” ujarnya.
Tetapi secara umum fungsi keluarga perempuan yang mengalami poligami ternyata tidak ada perbedaan dengan perempuan monogami. Penelitian dipublikasikan di World Journal Psychiatry tahun 2013.
Penelitian lain yang dilakukan di Jordania menyebutkan perempuan yang mengalami poligami akan merasa rendah diri, menjadi tidak berharga, mengalami gangguan psikosomatik dan gangguan somatisasi.
Penelitian di Turki yang juga membandingkan kehidupan perempuan yang dipoligami dan monogami mendapatkan bahwa perempuan yang dipoligami ternyata lebih mudah mengalami gangguan kejiwaan, lebih mudah mengalami stress dibandingkan perempuan yang dipoligami.
“Berbagai penelurusan artikel ilmiah ini mendapatkan bahwa memang akhirnya para istri yang dimadu akan lebih mudah mengalami gangguan kesehatan dibandingkan dengan perempuan yang tidak dimadu,” kata dia.
Survei yang dilakukan oleh Chung dan Kim dari Universitas Yonsei Korea Selatan di Jurnal PlosOne melihat hubungan antara perkawinan dan kepuasan perkawinan dengan kesehatan, ternyata mendapatkan bahwa pasangan yang puas dalam perkawinannya akan lebih sehat dari pada seseorang yang belum menikah.
Tetapi seseorang yang menikah tetapi tidak puas dengan perkawinannya ternyata mempunyai permasalahan kesehatan yang sama dengan orang yang tidak menikah.
“Hal inilah yang menghasilkan kesimpulkan bahwa kepuasan perkawinan merupakan hal yang penting untuk kesehatan dibandingkan perkawinan itu sendiri,” ujarnya.
Menurut Ari, poligami menjadi buah simalakama buat seseorang yang dimadu, tetap meneruskan perkawinan dan dimadu atau minta bercerai dari pada dimadu. Keputusan yang diambil sama-sama akan membawa dampak buat kesehatan mereka. (ant/wak)