Penemuan dan peredaran upal di Jawa Timur (Jatim) tergolong cukup tinggi. Berdasarkan rilis dari Bank Indonesia, pada tahun 2013 kemarin, Jatim menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta, yakni sebanyak 30.675 lembar atau meningkat 24,54 persen.
Yosefin Tyas Emmy Kepala Divisi Pembayaran Kanwil Bank Indonesia IV Jatim mengatakan, rasio penemuan uang palsu secara nasional pada tahun 2013 adalah 8 lembar per 1 juta lembar uang, yang diedarkan secara nasional. Kondisi ini lebih baik dibandingkan pada tahun 2012 lalu, dimana rasio penemuan upal pada tahun itu 10 lembar per 1 juta lembar uang yang diedarkan.
“Meski relative menurun, kewaspadaan masyarakat terhadap peredaran uang palsu, harus tetap menjadi hal utama yang harus diwaspadai,” Yosefin Tyas Emmy kepada wartawan, Jumat (14/3/2014).
Emmy menambahkan, secara nasional penemuan upal di Jatim menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta. Selama tahun 2013 kemarin, jumlah upal yang ditemukan dan dilaporkan melalui perbankan di Jatim sebesar 30.675 lembar atau meningkat 24.54 persen dibandingkan tahun 2012 lalu. Dan berdasarkan wilayah temuan uang palsu di Jawa Timur, banyak terjadi di Kota Surabaya yaitu 13.469 lembar, Kediri 7.858 lembar, Malang 5.539 lembar, dan Jember 3.809 lembar.
“Secara keseluruhan, temuan uang palsu di Jatim terbesar didominasi oleh uang rupiah pecahan Rp 100 ribu sebanyak 21.427 lembar dan Rp 50 ribu sebanyak 7.402 lembar,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, masyarakat harus lebih mengenal dekat dengan uang yang ada. Selain menggunakan ultraviolet yang sering digunakan, masyarakat juga bisa dengan melakukan dilihat, diraba, dan diterawang (3D). (wak)