Pemerintah Provinsi Jawa Timur menerima penghargaan berupa “Award Gizi” untuk kategori Peduli Peningkatan air susu ibu (ASI) Eksklusif dari Persatuan Ahli Gizi (PAG) Jawa Timur, di Surabaya, Sabtu (25/1/2014).
Penghargaan ini diberikan karena Pemprov Jatim, melalui Tim Penggerak PKK mampu menanggulangi gizi buruk karena salah memberikan asupan makanan. Seperti, masih banyaknya ibu-ibu yang tidak mau memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
“Masih 45 persen ibu-ibu di Jatim mau menyusui anaknya. Sedangkan, 55 persen sisanya belum mau karena belum memahami pentingnya ASI eksklusif,” ujar Nina Kirana Soekarwo Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur.
Pihaknya bersama Kader PKK Kabupaten-Kota seluruh Jatim tidak akan berhenti menyosialisasikan arti pentingnya pemberian ASI Eksklusif, khususnya selama seribu hari pertama kehidupan.
Artinya, kata dia, sejak dalam kandungan (sembilan bulan) sang janin diberi makanan sehat. Dilanjutkan 6 bulan setelah kelahiran diberi ASI tanpa makanan pendamping, kemudian tujuh bulan sampai dua tahun berikutnya diberikan ASI ditambah makanan pendamping.
“ASI mempunyai berbagai macam manfaat. Utamanya Kolostrom yaitu air susu yang pertama keluar, mengandung zat antibodi yang berguna, dengan harapan anak tidak mudah terserang penyakit,” kata wanita yang akrab disapa Bude Karwo seperti dilaporkan Antara.
Ia juga menjelaskan, sejumlah manfaat lain dari pemberian ASI ekslusif diantaranya anak mempunyai kecerdasan tinggi, dan tidak menyebabkan alergi. Selain itu dapat meningkatkan hubungan emosional yang erat antara ibu dan anak.
“Yang lebih penting, tentu mengandung unsur efisiensi, sebab mengurangi pengeluaran belanja karena keluarga tidak membeli susu formula,” kata Bude Karwo.
Sementara itu, terkait penghargaan yang diterimanya, istri Gubernur Jatim itu meminta kepada kader agar dijadikan penyemangat dan motivasi untuk tak henti-hentinya menyosialisasikan agar hidup lebih sehat, dimulai sejak dalam kandungan hingga di usia senja.
“Penghargaan ini untuk seluruh kader PKK kaupaten-kota se- Jatim karena tidak pernah lelah dan tanpa pamrih ikut menanggulangi kasus gizi buruk,” katanya. (ant/tas/dwi)