Minggu, 24 November 2024

Para Mucikari Setelah Penutupan Bangunsari

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan

Setelah resmi ditutup sejak setahun lalu, beberapa mucikari maupun PSK di kawasan Dupak Bangunsari, Surabaya saat ini mulai menata hidup baru.

Pantauan suarasurabaya.net, Selasa (7/1/2014), mayoritas dari mereka, kini menjadi pedagang mulai makanan, hingga pakaian serta toko kelontong.

Para mucikari yang memiliki rumah dengan banyak kamar, saat ini juga menyulap kamar-kamar di dalam rumahnya sebagai kamar kos.

Jinten misalnya, perempuan usia 50 tahun ini kini memilih membuka warung makan di depan rumahnya yang berada di Jl. Lasem, Dupak Bangunsari nomor 26.

Selain warung makan, sebanyak enam kamar yang ada di dalam rumahnya, kini juga telah difungsikan sebagai kamar kos dengan biaya Rp350 perbulan.

“Terus terang hidup saya lebih nyaman. Meski penghasilan pas-pasan tapi saya bisa tenang,” kata wanita asal Nganjuk ini.

Hal yang sama juga dilakukan, Ny Bazar, pemilik rumah No 11 Jl. Lasem, Dupak Bangunsari. Rumah yang dulu juga sebagai lokasi prostitusi ini kini telah berubah fungsi sebagai penjual aneka gorengan.

Begitu juga di rumah yang berada persis di samping rumah Ny Bazar. “Di sini dulu berdiri Wisma Gunung Kawi yang spesial menyediakan perempuan untuk para pelaut dari luar negeri,” kata Sunarto, Ketua Ikatan Dai Area Lokalisasi.

Sunarto yang juga dosen UIN Surabaya ini menjelaskan, lokalisasi Bangunsari berdiri secara alami sejak pertengahan tahun 1970-an.

Saat itu, para pelaut yang sandar di Tanjung Perak memang banyak yang berkunjung sehingga memunculkan titik-titik lokalisasi.

Lokalisasi kawasan Bangunsari sendiri mencapai kejayaan pada tahun 1980-an. “Dan sejak dua tahun lalu, pemerintah mulai serius menutup kawasan ini,” kata dia. (fik/ipg)

Teks Foto :
– Jinten, 50 tahun di warung miliknya.
Foto : Taufik suarasurabaya.net

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
28o
Kurs