Penutupan lokalisasi Dupak Bangunsari yang digagas pemerintah sejak setahun lalu, ternyata tak menjadikan kawasan itu benar-benar bebas dari praktik lokalisasi.
Pantauan suarasurabaya.net, beberapa wisma saat ini beralih fungsi menjadi tempat karaoke, kafe dan panti pijat yang setidaknya juga menjajakan minuman keras serta purel (wanita penghibur).
Di Jl Rembang misalnya, setidaknya terdapat lima karaoke dan panti pijat berukuran sedang yang buka di siang hari. Beberapa lokasi karaoke ini setidaknya juga memajang poster aneka minuman keras.
Warto, ketua RT 01 membenarkan masih adanya praktek lokalisasi terselubung ini. “Tapi biasanya mereka ini membawa wanita dari luar daerah sini. Kalau yang dari sini memang sudah tidak ada,” kata Warto.
Muhammad Khoiron Syuaib, pengasuh Pesantren Roudlotul Khoir, Bangusari membenarkan masih adanya praktik prostitusi terselubung ini. “Pantauan saya memang masih ada khususnya di Jl Rembang dan di Gang 1,” kata Khoiron.
Khoiron merupakan kiai yang sejak awal rajin berdakwah di kawasan lokalisasi Bangunsari. Berdirinya beberapa tempat karaoke maupun panti pijat sebenarnya sudah banyak diprotes warga sekitar. “Tapi mereka ini ternyata memiliki izin dari Dinas Pariwisata Pemkot,” kata Khoiron.
Menanggapi hal ini, Ratnadi Ismaon Kepala Biro Kesra Setdaprov Jawa Timur mengatakan akan segera berkoordinasi dengan pemerintah kota Surabaya untuk segera menertibkan
“Karaoke, kafe ini perizinannya ke pariwisata, ini harus dipantau pemanfaatannya. Menurut saya sebaiknya kalau memang mendirikan karaoke ya ke luar saja dari kawasan ini,” kata Ratnadi.
Apalagi, dengan adanya beberapa lokasi karaoke dan panti pijat, saat ini mulai timbul kecemburuan dari beberapa lokalisasi yang sudah tutup. (fik/ipg)
Teks Foto :
– Kawasan Lokalisasi Dupak Bangunsari.
Foto : Taufik suarasurabaya.net