Hingga saat ini, ketika musim kemarau mulai tiba, masyarakat sebaiknya tetap diiingatkan untuk bijak menggunakan air dan tidak sia-sia memanfaatkannya. Sehingga cuaca panas ekstrim bisa diantisipasi masyarakat.
“Bekas cuci beras misalnya, kalau biasanya dibuang, saat musim kemarau seperti sekarang ini, manfaatkan untuk menyiram tanaman atau pohon. Begitu juga dengan air sisa pembuangan AC. Kalau biasanya terbuang tanpa dimanfaatkan, kali ini cobalah untuk dimanfaatkan,” tegas Zamroni direktur Tunas Hijau Indonesia.
Dengan bijak memanfaatkan sisa air buangan atau limbah sehari-hari, kata Zamroni diharapkan memberikan manfaat disaat musim kemarau seperti sekarang ini. “Selain menjadi simpanan bagi pepohonan atau tanaman untuk persediaan air, memanfaatkan air dengan bijak menjadi tugas kita semua,” tambah Zamroni.
Saat ini, lanjut Zamroni, masyarakat dengan menggunakan berbagai teknologi modern yang ada, kerapkali tidak lagi memperdulikan bagaimana harus memanfaatkan berbagai sumber kehidupan, seperti misalnya air.
Padahal, seharusnya justru dengan perangkat tehnologi modern itu, masyarakat lebih berhati-hati dan dengan bijak menggunakan segala bentuk sumber kehidupan. “Kalau dengan alat-alat modern masyarakat justru tidak bijak menggunakan sumber daya kehidupan, maka tunggu saja dampak yang akan muncul,” ujar Zamroni.
Untuk itu, ketika musim kemarau mulai tiba, masyarakt sebaiknya tetap diingatkan untuk tetap bijak memanfaatkan segala sumber daya kehidupan agar tidak terbuang sia-sia, dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
“Pemanfaatan air dengan bijak tidak saja memberikan manfaat bagi diri sendiri. Tetapi lebih jauh, juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Dan jika masyarakat memiliki kesadaran memanfaatkan air dengan bijak maka dimusim kemarau seperti ini, ketersediaan air masih cukup untuk menghindarkan cuaca ekstrim,” terang Zamroni saat ditemui suarasurabaya.net, Rabu (10/9/2014).(tok/rst)