Fasilitas yang memadai dan sekolah gratis 12 tahun yang dicanangan Pemkot Surabaya untuk sekolah negeri begitu menggiurkan bagi orang tua siswa di luar Surabaya.
Tidak jarang banyak yang berjuang dengan berbagai cara demi memperebutkan 1 persen kuota anak luar kota bisa masuk sekolah di Surabaya.
Hari Haryanta Pemerhati Pendidikan pada Radio Suara Surabaya mengatakan, trik orang tua berusaha untuk mengkamuflase misalnya anak dari wilayah X akan mencoba mengirimkan anak itu dengan cara mengakukan sebagai anak saudaranya yang di Surabaya.
“Jadi sudah akukan saja anak ini sebagai anakmu. Itu yang paling simple supaya mendapat hak yang di luar kuota 1 persen tadi. Karena tidak mungkin orang tua yang di luar daerah memperebutkan kuota 1 persen secara cepar. Atau dengan cara adopsi dan cara-cara lainnya,” kata dia.
Tentu ada prosedur yang bisa ditempuh untuk secara legal menyekolahkan anak di Surabaya. Suharto Wardoyo Kepala Dispendukcapil Surabaya mengatakan, instansinya memfasilitasi.
“Jadi untuk penerimaan siswa baru, kebijakan dari Dinas Pendidikan kota Surabaya satu KK harus penduduk Surabaya. Tidak hanya anaknya saja yang dimasukkan dalam KK saudara atau neneknya yang di Surabaya,” ujar dia.
Sehingga, lanjut dia, seperti tahun kemarin banyak juga yang akhirnya satu keluarga menjadi penduduk Surabaya jadi ada surat pindah dari Dispendukcapil tempat dan asal. Di Surabaya ada jaminan tempat tinggal oleh penduduk di Surabaya diketahui oleh Ketua RT dan Ketua RW. Kemudian di Kelurahan dan Kecamatan ada form SPMP sehingga nanti Dispendukcapil akan melakukan konsolidasi untuk nomor induk kependudukan yang bisa dijadikan untuk mendaftar sekolah di Surabaya.
Begitu juga untuk anak yang mau diadopsi keluarga Surabaya.” Ini penting juga supaya nanti anak tersebut bisa masuk kuota Surabaya. Jadi mohon juga untuk penduduk Surabaya yang ingin melakukan pengangkatan anak kemudian anak itu disekolahkan di Surabaya untuk segera mengurus kartu kelahiran dan melakukan penetapan pengangkatan anak,” katanya.
Memang ada orang tua yang sampai istilahnya bela-belain ribet demi sekolah anak. Tapi Hari Harjanta pemerhati pendidikan mengkritisi, harusnya Surabaya lebih banyak membuka peluang untuk anak kurang mampu dari daerah lain atau malahan program 12 tahun sekolah gratis menjadi program semua daerah agar lebih banyak anak yang terakomodir kebutuhan pendidikannya. (gk/dwi/rst)