Kejadian mobil Toyota Alpard yang menerobos masuk hingga lobi terminal dua Bandara Juanda Surabaya menjadi sorotan banyak pihak. Mobil dengan sistem automatic yang seharusnya lebih mudah dan nyaman untuk dikendarai dibandingkan sistem transmisi manual, justru menelan korban jiwa karena driver yang ceroboh.
I Komang Fery Kasubid roda empat Ikatan Motor Indonesia (IMI) Provinsi Jatim mengatakan, mobil dengan transmisi otomatis seharusnya lebih mudah untuk dikendarai. Driver tidak harus memainkan kopling dan porseneling saat menjalankan mobil matic.
Namun, karena kemudahan itu, driver mobil matic justru sering kali ceroboh dan lalai saat berhenti maupun saat akan menjalankan mobil.
“Karena kecerobohan itu, mobil matic justru lebih berhaya. Sekali injak mobil langsung melaju,” kata Komang kepada suarasurabaya.net.
Dia menambahkan, jika mobil dengan transmisi manual, driver tidak lihai dalam memainkan kopling, mesin mobil pasti akan mati. Berbeda dengan mobil matic, selama porseneling tidak berada posisi P (Parkir) atau N (Netral), mobil akan melaju jika pedal gas diinjak.
“Driver, khususnya untuk mobil matic seringkali ceroboh dalam hal posisi porseneling. Saat berhenti, posisi porseneling berada di posisi D dan hanya menginjak rem. Padahal jika rem dilepas, mobil tetap akan bergerak pelan meskipun pedal gas tidak diinjak,” ujarnya.
Posisi porseneling D, kata dia, harusnya hanya digunakan saat laju kendaraan stabil, atau pada saat kondisi jalan yang menanjak. “Harusnya banyak dilakukan edukasi untuk hal ini, khusunya bagi driver pribadi maupun driver rental. Agar kejadian di Bandara Juanda tidak terulang kembali,” tegas Komang.
Komang menambahkan, meskipun lebih nyaman dan mudah dikendarai, yang perlu diperhatikan adalah tidak adanya engine break pada mobil matic. Berbeda dengan mobil dengan sistem transmisi manual. Sehingga rem pada mobil matic akan lebih cepat aus.
Selain itu, saat mobil matic mogok dijalan, seharusnya mobil hanya dipinggirkan. Karena jika dipaksa didorong atau diderek, ini akan merusak mesin mobil tersebut.
“Kalau mogok, yasudah pinggirkan saja mobilnya. Jangan dipaksa didorong atau diderek lebih dari satu kilometer, karena dalaman mesin bisa rontok,” kata Komang.
Komang juga menyarankan, lebih baik memakai mobil dengan transmisi manual terlebih dulu, sebelum beralih ke mobil matic. Ini untuk melatih kelihaian dalam mengemudi.
“Biasanya orang yang langsung memakai mobil matic, mereka kurang lihai saat mengemudi. Karena sudah dimanjakan dengan sistem yang serba otomatis,” pungkasnya. (wak/ipg)
Teks Foto:
– Ilustrasi