Program ketahanan pangan di Indonesia masih bertumpu pada komoditas padi sawah, namun permasalahannya dalam diversifikasi pangan adalah kebergantungan pada pangan tertentu, seperti beras, yang sangat tinggi.
Hal ini menyebabkan potensi pangan tradisional seakan-akan belum mendapatkan tempat bagi konsumen.
Padahal produk pangan di Indonesia diharapkan bisa bersaing untuk menghadapi Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN yang diberlakukan pada tahun 2015 mendatang.
Saat suarasurabaya.net membuka diskusi melalui E100 pada Selasa (9/9/2014) mengenai apa saja produk pertanian di Indonesia yg mampu bersaing di pasar ASEAN dan bagaimana seharusnya produk itu dikemas agar memiliki daya saing yang tinggi, sebagian besar netter memberikan komentarnya mengenai umbi-umbian.
“Tales,mbothe,bentol,sukun,kentang ireng n cengkeh…,” tulis Den Chokie melalui komentar E100.
“Produk umbi2 an yg melalui penepungan, diproses menjadi produk pangan olahan sehat dan bebas gluten, seperti roti tawar,ice cream,selai,bhkan jajanan ringan,” kata Wulan Arfina Ryani melalui E100.
Selain itu, hal serupa juga disampaikan netter Andrian Jonatha Fadias dengan alasan mengolahnya lebih mudah dan bergizi.
“Menurut saya sih beras, beras ketan, ketan ireng, telo, kaspe, dan semua tumbuhan untuk bahan makanan-makanan yang “ndeso” itulah yang paling khas dr Indonesia… Dan pasti bisa bersaing karena masaknya gampang, alami, kandungan gizinya juga lumayan, harga murah.”
Menurut Maman Suherman Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi-umbian Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan, produktivitas umbi-umbian seperti ubi kayu yang ada di Kabupaten Kudus telah melebihi produktivitas rata-rata nasional.
Komoditas tersebut, katanya, juga bisa digunakan untuk kebutuhan pakan ternak, energi alternatif, bahan baku obat-obatan serta kosmetik.(ono/rst)