Jika meletus, Gunung Kelud diyakini akan lebih dahsyat ketimbang Gunung Sinabung karena letusan biasanya akan berjalan singkat sehingga jumlah material yang dikeluarkan akan langsung besar. Tidak seperti letusan Sinabung yang berlangsung dalam waktu relatif lama.
“Karakter erupsi, sesuai yang terjadi terakhir pada 1990 itu eksplosif atau meledak,” kata Choirul, pengamat Gunung Kelud dari PVMBG, pada Radio Suara Surabaya, Selasa (11/2/2014).
Menurut Choirul, erupsi di Sinabung cenderung lama karena Gunung Sinabung hingga saat ini masih memiliki puncak. Yang terjadi di Sinabung, muntahan awan panas hanyalah ceceran akibat dari aktivitas pertumbuhan lava yang lantas tumpah dari puncak lava.
Sedangkan di Kelud, saat ini sudah tak lagi punya puncak, sehingga jika ada pertumbuhan lava baru maka akan langsung jatuh sehingga memunculkan letusan yang cukup dasyat seperti yang pernah terjadi pada 10 Februari 1990 silam. “Jadi kalau Kelud itu, kalau tumbuh lava terus jatuh ya jatuh saja, jadi sifatnya eksplosif atau meledak,” ujarnya.
Meski begitu, Kelud pernah mengalami letusan yang tidak eksplosif melainkan cuma efusif. Letusan efusif saat itu hanya memunculkan kubah lava baru yang terjadi pada tahun 2007 silam.
Untuk potensi letusan kali ini, PVMBG belum bisa memperkirakan apakah akan terjadi letusan dasyat seperti tahun 1990 atau letusan hanya akan seperti tahun 2007. (fik)