Kurikulum pembelajaran untuk hidup diakui banyak pihak tidak akan tergantikan sepanjang perjalanan hidup manusia. Oleh karena itu perlu dipahamkan sejak usia dini.
“Kalau kurikulum pendidikan, bisa jadi berganti-ganti. Tapi kurikulum pendidikan untuk hidup, dari orang tua, khususunya dari Ibu, menurut saya tidak akan tergantikan. Bahkan sampai akhir hayat,” kata Dra. Muntiani kepala SMAN 14 Surabaya.
Oleh karena itu, lanjut Muntiani, kurikulum pelajaran untuk bekal hidup dimaa mendatang, pelru diperkanalkan kepada anak-anak sejak usia dini. “Contoh sederhana misalnya, tentang menghormati orang tua dan mereka yang lebih tua. Ini menurut saya bagian dari pelajaran hidup yang tidak ada dibangku sekolah,” kata Muntiani.
Senada dengan itu, disampaikan Solichin S.Ag, kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya, kurikulum pendidikan dari orang tua khususnya dari Ibu, memang tidak ditemui di bangku sekolah. Bahkan hingga pendidikan tinggi, pelajaran hidup dari Ibu jarang ditemui.
“Kalau anak-anak sejak dini sudah diperkenalkan dengan kurikulum perjalanan hidup yang sesuai dengan ajaran agama dan kebenaran, seperti yang diajarkan oleh Ibunda tercinta, maka anak-anak akan memiliki bekal bagi perjalanan hidupnya sendiri,” tegas Solichin.
Saat ini, pendidikan tentang hidup, nilai-nilai moral, memang jarang ditemui lagi diajarkan dibangku sekolah. Sekolah lebih banyak memberikan pengetahuan tentang keilmuan semata. Terbayang, jika anak didik hanya mendapatkan pendidikan dibangku sekolah semata.
“Nilai-nilai moral dalam kehidupan, pondasi agama yang kuat, menjadi sangat penting bagi pondasi pendidikan dasar anak-anak. Jika memang sejak dini sudah disampaikan kepada anak-anak. Ini yang saya sebut kurikulum dari Ibu. Penting,” tukas Muntiani menyambut Hari Ibu 22 Desember, Senin (22/12/2014) saat ditemui suarasurabaya.net. (tok/rst)