Warga korban lumpur lapindo, dalam peta area terdampak yang masih bertahan di tempat tinggalnya Desa Gempolsari RT 10 RW 2 dan Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, kini mulai kekurangan air bersih.
Sutomo korban lumpur lapindo mengungkapkan, kekurangan air bersih yang dialaminya itu sudah cukup lama. Terhitung sejak ada luapan lumpur panas lapindo yang meletus pada 29 mei 2006 silam.
“Warga sekarang mulai kekurangan air bersih. Karena, air sudah tercemar seperti bau gas. Kalau airnya digunakan, tubuh terasa gatal,” kata Sutomo kepada suarasurabaya.net, Senin (8/12/2014).
Sutomo menambahkan, saat memasuki musim hujan kondisinya semakin parah. Karena, selain kekurangan air bersih, tempat tinggalnya sering terancam dengan kondisi tanggul, yang sewaktu-waktu bisa jebol.
Seperti tanggul titik 73B yang dua pekan lalu sempat jebol, kini air bercampur lumpur terus menggali ke pemukiman warga.
“Kalau mandi ataupun untuk cuci baju dan minum air, harus beli air seharga Rp 10 ribu,” ujar dia.
Sutomo hanya bisa berharap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo belum melakukan tindakan ataupun memberikan perhatian pada warga korban lapindo. Karena, sampai sekarang air campur lumpur masih menggenangi pemukiman rumah warga.
“Kalau bisa pemerintah menyediakan air bersih untuk warga korban lumpur lapindo yang masih bertahan tinggal di Desa Gempolsari,” kata dia. (riy)
Teks Foto : Kondisi rumah warga di Desa Kedungbendo yang hingga kini masih terendam lumpur.
Foto : Bruriy Susanto suarasurabaya.net.