Pengunjung wisma Studio, kompleks lokalisasi Dolly, Sabtu (14/6/2014) tampak sepi, dari empat PSK, hanya satu yang laku dipilih seorang lelaki hidung belang. Sedangkan tiga PSK lainnya, hanya terlihat termenung sambil membicarakan nasib mereka paska rencana penutupan lokalisasi Dolly yang akan digelar pada 18 Juni mendatang.
“Kita hanya diam saja, padahal sebentar lagi nasib kita tak jelas setelah Dolly ditutup,” kata Mia, seorang PSK sambil mengisap dalam-dalam keretek yang dia pegang. Mia yang sudah dua tahun tinggal di Dolly mengaku masih belum memiki kejelasan nasib paska penutupan lokalisasi. Padahal, di sebuah desa di Malang, dua anaknya saat ini masih terus membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah.
Percakapan tiga PSK itu terus berlanjut hingga akhirnya ada sekelompok ormas yang berusaha mengobrak dan menutup lokalisasi itu. Tak hanya itu, perwakilan dari pemerintah juga datang dan minta Wisma tersebut segera ditutup.
Cerita di atas hanyalah sepotong kecil teater yang dimainkan oleh para PSK, Mucikari dan warga sekitar Dolly. Berjudul “Dolly riwayatmu kini”, teatre itu mengambil setting di lokalisasi Wisma Studio.
Dalam teater yang berlangsung sekitar 45 menit itu, mereka menceritakan bagaimana kehidupan mereka hingga kegalauan terkait rencana penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak.
Dian, 35 tahun, PSK sekaligus pemeran dalam teater itu sangat berharap penutupan lokalisasi bisa diundur. Kalaupun dipaksa ditutup, maka pemerintah harus segera memikirkan nasib mereka. “Kalau kami dilatih kerja maka harus dipastikan kami benar-benar bisa bekerja dan bisa mencukupi kehidupan kami,” kata wanita asal Bandung ini.
Sementara itu, Andi Peci, salah satu koordinator Front Pekerja Lokalisasi mengatakan, teater ini merupakan salah satu bagian dari upaya para penghuni lokalisasi untuk menolak rencana penutupan Dolly dan Jarak.
Menurut Andi, pihaknya akan terus melakukan perlawanan sebelum ada kejelasan terkait nasib para pekerja dan warga sekitar lokalisasi terkait rencana penutupan ini. (fik)