Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) pastikan apa yang terjadi di Porong Sidoarjo berbeda dengan fenomena mud volcano (Gunung Lumpur) seperti yang terjadi di beberapa daerah seperti Bledug Kuwu, di Grobogan, Jawa Tengah; ataupun di Gunung Anyar, Surabaya.
Moch Sofyan Hadi, Deputi Operasional BPLS pada suarasurabaya.net, Kamis (29/5/2014) mengatakan di Bledug Kuwu maupun di Gunung Anyar murni adalah mud volcano, sedangkan apa yang terjadi di Porong adalah campuran antara mud volcano dengan volcano.
“Yang di Sidoarjo itu campuran dengan volcano beneran. Artinya, kalau di Bledug Kuwu hanya pasta lumpur dengan suhu hangat, tapi kalau di Sidoarjo itu yang keluar cukup panas bisa sampai 100 derajat,” kata Sofyan Hadi.
Dia mengatakan, secara teoritis mud volcano keluar karena adanya desakan bebatuan sehingga menjadikan pasta lumpur tertekan dan naik ke permukaan. Sedangkan volcano mampu mengeluarkan lumpur karena dorongan gas serta panas yang berasal dari dapur panas bumi.
Sofyan juga mengatakan, apa yang terjadi di Porong Sidoarjo ini memang cukup unik. Apalagi meski gas yang keluar cukup banyak, tapi kandungan minyaknya ternyata tak banyak.
“Minyaknya ada, tapi tidak dalam jumlah yang ekonomis sehingga tak bisa dimanfaatkan. Jadi jangan samakan ini dengan dengan sumur minyak,” kata dia. Dia membandingkan, sekitar seribuan sumur minyak di seluruh Indonesia, saat ini hanya mampu menghasilkan sekitar satu juta barel minyak dalam sehari. Tapi di Sidoarjo, hanya dari satu lubang mampu menghasilkan sebanyak satu juta barel material gas dan lumpur.
Selain itu, jika sumur-sumur minyak di seluruh Indonesia keluar minyak setelah dilakukan pemompaan, tapi di Sidoarjo lumpur keluar tanpa harus dipompa. (fik/ipg)
Teks Foto:
– Kandungan minyak di lumpur Lapindo belum bisa dimanfaatkan.
Foto: Dok. suarasurabaya.net