Tahukah anda pada era tahun 1980-an sampai 1990-an, kampung-kampung di Kota Surabaya banyak menerima penghargaan internasional. Sebut saja Kampung Kebalen yang pada tahun 1986 memperoleh Aga Khan Award for Architecture, kemudian Kampung Donorejo-Donokerto yang mewakili Indonesia dalam buku Tipologi Permukiman Khas di Asia Pasifik oleh UNESCAP pada tahun 1984.
Kampung Banyu Urip juga terpilih dalam 20 kasus yang ditampilkan dari 250 kasus nominasi yang dihimpun dan diteliti di seluruh dunia dalam pameran akbar Habitat Forum Berlin saat menutup ‘Tahun Papan bagi Tuna Wisma” IYSH tahun 1987.
Selain Kampung Banyu Urip, Kampung Pandegiling juga terpilih sebagai satu diantara lima kasus menarik dalam pameran dunia Living in Cities oleh International Bauaustellung Berlin-Jerman, dan dibukukan dengan judul Living in Cities.
Pada tahun 1988 sampai 1992, Kota Surabaya berturut-turut memperoleh penghargaan internasional berkat sepak terjang kampung-kampungnya, yakni Japan Housing Associations-IYSH Matsushita Award (1988), UNEP Award (1990), UNCED Local Government Honour Programme (1992), dan The World Habitat Award (1992).
JOHAN SILAS pakar tata kota Surabaya dari ITS pada suarasurabaya.net mengatakan perkembangan kota ini memang tidak lepas dari perkembangan kampung-kampungnya. Beberapa kasus pembangunan kampung memang menarik perhatian dunia, seperti yang terjadi di Kampung Banyu Urip, sehingga membuatnya jadi satu dari 20 kasus menarik di Habitat Forum Berlin tahun 1987.
“Pada tahun 1969, Kampung Banyu Urip tumbuh sebagai solusi perumahan. Pada saat itu Pemkot Surabaya merelokasi ribuan makam di pemakaman Banyu Urip untuk mendirikan Kampung Banyu Urip. Waktu itu walikotanya memilih memindahkan orang mati daripada orang yang masih hidup,” kata dia.
Kasus lainnya yang menarik ada di Kampung Kebalen yang memperoleh Aga Khan pada tahun 1986 karena renovasi kampung ternyata berdampak pada semakin meningkatnya kehidupan sosial keagamaan masyarakat.
Masuk tahun 2000-an sampai sekarang diakui JOHAN SILAS, Kota Surabaya tidak pernah lagi dapat penghargaan internasional, tapi itu tidak masalah kata JOHAN SILAS. Karena pembangunan kampung-kampung Surabaya memang tidak bertujuan memperoleh penghargaan internasional. “Yang paling penting adalah menciptakan karakter warga kampung yang mendukung kehidupan dan lingkungannya,” kata dia.
Untuk era belakangan, JOHAN SILAS memberi contoh sepak terjang Kampung Gundih yang berhasil mengentas perilaku yang tidak peduli lingkungan menjadi kampung yang asri dan nyaman ditinggali. Malah kini akibat kampungnya yang hijau dan bersih, warga sekitar punya bisnis baru, home stay dengan nuansa kampung Surabaya.
Contoh Kampung Gundih, kata JOHAN SILAS, adalah model perbaikan kampung Surabaya, bukan hanya secara fisik, tapi karakter warganya yang tidak dibatasi koridor-koridor etnis maupun agama warganya.(edy)