35 persen dari konsumsi pangan nasional ternyata masih disumbang propinsi Jawa Timur. Data yang dimiliki Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur bahkan menunjukkan jika sumbangan hasil pangan memang mayoritas masih berasal dari Jawa Timur.
Padi misalnya, Jawa Timur saat ini masih menyumbang sebanyak 18 persen dari kebutuhan padi Nasional. Begitu juga Jagung masih mencapai 31,31 persen; Kedelai 37,51 persen; Buah-buahan 25 persen; Kacang Panjang 27 persen; Cabai 21,5 persen; serta Bawang Merah 28 persen.
“Kita memang masih menyandang sebagai provinsi agro karena hampir seluruh komoditas pertanian Nasional disumbang dari Jawa Timur,” kata Budi Setiawan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, pada Radio Suara Surabaya, Jumat (14/3/2014).
Menurut Budi, industri agro ini juga menyumbang sekitar 57,3 persen bahan baku utama industri di Jawa Timur. Bahkan dari sisi industri pengolahan dari sektor agro ini nilainya mencapai Rp302,3 triliun.
Angka ini dengan hitungan dari sektor pangan mencapai Rp88 triliun, perkebunan Rp22 triliun, peternakan Rp33,2 triliun, dan kehutanan Rp4,5 triliun, serta beberapa sektor lainnya.
“Sayang, kita ini timpang, Jawa Timur berlimpah sementara provinsi lainnya kurang. Padahal kalau provinsi lain seperti Jawa Timur, Indonesia pasti akan kuat dari sektor agro,” kata Budi.
Dia juga mengatakan, selain meningkatkan produksi dari sektor pertanian, pemerintah saat ini juga terus berupaya melindungi para petani dari serbuan produksi luar negeri.
Perlindungan ini misalnya dilakukan dengan menerbitkan larangan bagi buah impor masuk jika buah serupa bisa diproduksi di Jawa Timur.
Selain itu, Jawa Timur juga telah menetapkan pasar induk agrobis yang ada di Jemudo, Sidoarjo guna meningkatkan produktifitas penjualan hasil agro Jawa Timur. “Di puspa agro itu, murni tidak boleh menjual barang impor,” kata dia. (fik/rst)