Sabtu, 1 Februari 2025

Inilah Sepak Terjang Jenderal Hario Kecik

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Jenazah Jenderal Hario Kecik ketika dibawa dari Tugu Pahlawan, Surabaya ke TMP 10 November. Foto : Taufik suarasurabaya.net

Taman Makam Pahlawan (TMP) 10 November, Surabaya menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Alhmarhum Mayor Jenderal TNI (Purn) Suhardjo Padmodiwirjo alias Hario Kecik. Jenderal Haryo Kecik meninggal diusia 93 tahun akibat sakit.

Puluhan pelayat yang mayoritas adalah para veteran mengantarkan Jenderal Hario Kecik di tempat peristirahatannya yang terakhir, Rabu (20/8/2014). Sebelum dimakamkan, sang jenderal juga sempat disemayamkan di Monumen Tugu Pahlawan.

Lantas, siapa sebenarnya Jenderal Hario Kecik ? Primanto Nugroho, sahabat sekaligus penulis puluhan buku almarhum menjelaskan, nama Kecik disematkan karena sosok sang jenderal yang memang memiliki postur kecil.

Meski sosoknya yang kecil, tapi Kecik adalah sosok dibalik berdirinya monumen Tugu Pahlawan yang merupakan saksi bisu heroiknya perjuangan arek Suroboyo dulunya memang menjadi markas utama Polisi Tentara Keamanan Rakyat (PTKR).

Hario Kecik adalah pendiri PTKR atau yang kini berubah menjadi Polisi Militer. “Sebelum pertempuran november 45, Pak Haryo adalah mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia yang saat itu ditugasi Bung Karno menjadi salah satu komandan pertempuran,” kata Primanto.

Hario Kecik saat itu lantas mengumpulkan para mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa Djawa Timur (CMDT) untuk bertempur melawan penjajah. Dan setelah kemerdekaan, meskipun dokter, tapi Hario Kecik memutuskan untuk tetap berkarir di militer.

“Karir beliau di militer cukup cemerlang, beliau ini bahkan satu-satunya perwira TNI saat itu yang sempat belajar militer di College Suvorov Moskow, dan di Amerika yang akhirnya menjadi prajurit kesayangan Soekarno,” kata Prinato. Semasa hidupnya, Jenderal Hario Kecik juga dikenal sebagai jenderal yang cerdas dan mampu berbahasa Belanda, Inggris, Rusia, dan Jepang.

Pangkat terakhir Hario Kecik adalah Mayor Jenderal dengan jabatan Pangdam IX/Mulawarman di Kalimantan pada 1959-1965. Sayang kecemerlanangan militernya lenyak begitu saja setelah dia dituduh oleh rezim Soeharto berkaitan dengan PKI.

“Saat itu yang pulang dari Moskow memang ditangkap, apalagi beliau ini kesayangan Bung Karno jadi ditangkap tanpa proses pengadilan dan dipenjara rezim orde baru,” kata dia.

Di dalam penjara, pria kelahiran Surabaya 12 Mei 1921 itu lantas menulis beragam buku. Bahkan hingga akhir hayatnya, Hario Kecik telah menerbitkan sembilan buku mengenai pemikiran militer, lima buku memoar, serta belasan novel.

“Terakhir Pak Hario menulis skenario film pertempuran 10 november dan ini skenarionya sudah jadi tinggal dipentaskan,” kata Primanto.

Menurut Primanto, Hario Kecik adalah satu-satunya jenderal independen dan tak pernah menghianati Bung Karno. Bahkan hingga akhir hayatnya, Jenderal Hario Kecik tak pernah aktif di partai politik manapun.

Dan kini setelah meninggal, beberapa benda warisan sang jenderal rencananya akan segera diserahkan ke negara diantaranya adalah sebuah pistol kenangan serta lukisan besar karya Jenderal Hario Kecik.

Hario Kecik meninggal setelah sebelumnya sempat koma akibat terjatuh di kamarnya pada 30 Juli 2014 lalu. Dia meninggalkan enam anak, 10 cucu dan 2 cicit. (fik)

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Sabtu, 1 Februari 2025
26o
Kurs