Pemerintahan Republik Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) melanjutkan program pesawat tempur modern KFX/IFX teknologi 4.5. Ini ditandai dengan penandatanganan pelaksanaan kerjasama Indonesia dengan Korsel yang dilakukan di Sulawesi room Shangrila Hotel Surabaya, Senin (6/10/2014) pagi.
Penandatanganan dilakukan oleh Timbul Siahaan Dirjen Pothan Kementrian Pertahanan dan Brigadier General (air force) Jung Kwan Sun Dirjen Aircraft Program DAPA. Turut menyaksikan penandatanganan tersebut, Purnomo Yusgiantoro Menhan, Sjafrie Sjamsoedin Wamenhan, dan Cho Tae Young Dubes Korsel untuk Indonesia.
Purnomo Yusgiantor Menhan mengatakan, kerjasama yang dilakukan sebagai upaya ke arah kemandirian pemenuhan kebutuhan pesawat, sekaligus mendongkrak kekuatan TNI AU. Selain itu untuk meningkatkan daya tawar Indonesia dalam hubungan Internasional.
“Generasi pesawat tempur yang dikerjakan ini, lebih tinggi dari F-16 dan Sukhoi. Setara dengan Rapter atau F-22 pesawat tempur milik USA,” kata Purnomo kepada wartawan, Senin (6/10/2014) usai acara penandatangan kerjasama.
Dia menambahkan, dalam pelaksanaan kerjasama pembangunan pesawat tempur ini, ada tiga tahapan yaitu technology development phase (TDP), enginering and manufacturing development (EMD) dan production development (PD). Saat ini masuk dalam tahap dua, dan telah dilakukan penandatanganan satu projek.
“Isi dari penandatanganan dalam projek ini, meliputi semua perangkat apa yang kita lakukan dalam perjalanan tahap ini. Tentang prinsip-prinsip umum dasar, aturan, serta pengawasan pertahanan kedua negara dalam ikut serta proses pembangunan pesawat tempur ini. Selain itu, anggaran ataupun yang lainnya, diatur dalam pentahapan ini,” ujarnya.
Rencananya, kata Menhan, ada 250 unit dalam pembangunan pesawat tempur ini. Dan Indonesia akan mendapatkan 50 pesawat, karena dalam development cost share telah disepakati 80 persen ditanggung Korsel, dan Indonesia hanya 20 persen. Jika program telah selesai, Indonesia akan ada tiga skuadaron pesawat tempur.
“Dalam scope of Cooperation, pihak Korsel mengkonfirmasi ada 6 pesawat akan melakukan Flight Test di sana dan satu prototype akan diberikan ke Indonesia untuk dilaksanakan final assembly, test dan evaluasi kembali,” kata dia.
Purnomo menjelaskan, dalam tahap kedua atau EMD direncanakan sampai tahun 2025. Dan biaya yang dibutuhkan sekitar Rp. 85 Triliun. “Indonesia bertanggung jawab sebesar 20 persen, sehingga anggarannya sekitar Rp. 16 Trilun,” pungkasnya. (wak/dwi)