Diperkirakan hanya 40 persen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Timur yang mampu menyuplai kebutuhan tenaga kerja luar negeri. Padahal untuk memenuhi pasar tenaga kerja menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN, standar kerja haruslah sudah memenuhi standar international.
“Di Luar negeri itukan punya standarnya sendiri, dan di Jatim ini baru 40an persen yang mampu menyediakannya,” kata Soekarwo, Gubernur Jawa Timur usai membuka seminar nasional Harmonisasi pendidikan Vocational dengan Dunia usaha dan Industri, Kamis (11/9/2014).
Menurut Pakde Karwo, julukan Soekarwo, saat ini sebenarnya banyak dibutuhkan tenaga kerja lulusan SMK yang terampil, dia mencontohkan beragam industri otomotif Jepang, Korea, Tiongkok, saat ini juga minta adanya pengiriman tenaga kerja terampil dari Indonesia.
“Tidak hanya itu, seperti Australia itu butuh 150 ribu perawat, tapi kita memang belum mampu mengirimkannya, karena inikan butuh yang terampil. Mereka itu tidak melihat lulusan apa, tapi yang dilihat kemampuannya,” kata dia.
Karenanya, untuk menambah kapasitas dan kemampuan SMK dalam meluluskan tenaga kerja terampil, pemerintah berencana kembali menyuplai anggaran pelatihan kerja di seluruh SMK.
Selain itu, Pakde Karwo juga telah minta beberapa perusahaan di Jawa Timur untuk ikut berperan menjadi area palatihan bagi para murid SMK.
Untuk mewujudkannya, dalam kesempatan ini Dinas Pendidikan Jawa Timur juga melakukan MoU dengan beberapa perusahaan berskala nasional diantaranya dengan Yamaha Motor, Honda Mobile, Auto 2000, serta beragam perusahaan lainnya. (fik/rst)