Warna merah darah pada bulan yang sedang mengalami proses gerhana bisa menjadi indikator pengukur kualitas udara di kota yang megalami pemandangan tersebut.
Cecep Nurwendaya astronom sekaligus narator Planetarium dan Observatorium Jakarta, mengatakan, merah tidaknya warna bulan saat mengalami gerhana tergantung kepada tingkat polusi udara suatu kota tersebut.
“Semakin kotor polusi di tempat kita, maka semakin indah warna merah gerhananya,” kata Cecep ketika jumpa pers di Jakarta, seperti dilansir Antara.
Menurut Cecep, warna gerhana bulan akan semakin merah jika tingkat polusi suatu kota itu tinggi.
“Jadi jangan bangga (jika melihat gerhana bulan merah), seharusnya kita sedih. Sementara di daerah yang polusi udaranya lebih rendah, warna gerhana bulan akan lebih cenderung kekuningan,” kata mantan asisten peneliti di Observatorium Bosscha, Lembang tersebut.
Warna merah ditimbulkan oleh polusi yang terdiri dari gas dan debu yang mempunyai sifat dan ciri khas memerahkan cahaya (reddening). Peristiwa tersebut serupa dengan waktu terbenamnya matahari dan ketika terjadi letusan gunung berapi, abu dari gunung berapi itu menutup langit dan akan “memerahkan” matahari.
Gerhana bulan total yang termasuk langka yang disebut Gerhana Bulan Tetrad, menghiasi langit Indonesia pada Rabu petang pukul 15:15:33 WIB hingga 20:33:43 WIB.
Peristiwa gerhana bulan total tersebut bisa disaksikan oleh semua pengamat di wilayah Indonesia, namun di wilayah Jakarta, tahapan gerhana dapat dilihat mulai saat bulan terbit di ufuk Timur sekitar pukul 17:42:48 WIB.
“Ketika itu bulan sudah pada kondisi gerhana bulan total ditandai dengan warnanya yang merah tembaga,” kata Cecep.
Gerhana bulan total berlangsung selama 58 menit dan 50 detik dengan awal gerhana bulan total terjadi pada 17:25:10 sedangkan akhir gerhana total pada 18:24:00 WIB.
Namun demikian hingga pukul 18:30 WIB langit Jakarta tertutup awan sehingga menyulitkan pengamatan terhadap gerhana bulan.
Pada kesempatan tersebut, Planetarium dan Observatorium Jakarta menyiapkan sejumlah teleskop bagi siswa dan guru yang berkeinginan untuk melihat langsung peristiwa gerhana bulan tersebut.
Menurut peta gerhana bulan total dari Planetarium dan Observatorium Jakarta, gerhana bulan dapat diamati juga di wilayah Asia Timur, Australia, Lautan Pasifik dan sebagian wilayah Amerika.
Salah satu keistimewaan gerhana bulan pada Rabu 8 Oktober 2014 adalah gerhana bulan tersebut merupakan bagian dari untaian empat gerhana bulan total yang berurutan.
Dua gerhana bulan total berlangsung pada 15 April dan 8 Oktober 2014, sementara dua gerhana bulan lainnya akan berlangsung pada 4 April dan 28 September 2015. Untaian empat gerhana bulan total yang berlangsung secara berurutan tersebut disebut Gerhana Bulan Tetrad.
Gerhana Bulan Tetrad tergolong langka karena dalam seribu tahun di milenium ketiga hanya terdapat 32 kali fenomena tersebut.(ant/nif/ipg)