Kesenjangan keterampilan, wawasan dan pola pikir antara Guru dan siswanya, sampai saat ini dinilai masih berjarak. Bahkan jarak itu cukup lebar sehingga tidak menguntungkan, dan harus terus dipersempit.
“Usia misalnya. Guru dan siswa memang terpaut jarak yang cukup jauh. Itu jelas akan berpengaruh pada pola pikir, wawasan sekaligus keterampilan dibidang ilmu pengetahuan. Dengan internet misalnya, siswa kadang memang lebih jago dari Gurunya. Ini berjarak,” ujar Dra. Muntiani kepala sekolah SMAN 14 Surabaya, Selasa (25/11/2014).
Guru atau pengajar, kata Muntiani, akan mengalami hambatan dalam penyampaian materi-materi ajarnya, jika tidak memahami bagaimana pola pikir dan wawasan para siswanya. “Siswa-siswa sekarang ini canggih-canggih, dan Guru wajib mampu mengimbangi kecanggihan siswanya. Itu wajib,” kata Muntiani pada suarasurabaya.net.
Untuk itu, kata Muntiani, Guru harus terus membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan mengikuti perkembangan dan perubahan zaman agar mampu mendampingi siswanya dan mampu menyampaikan berbagai materi ajar, sehingga kesenjangan Guru dan siswa bisa dihilangkan.
Sementara itu, Isa Anshori dari Hotline Pendidikan Surabaya, membenarkan adanya kesenjangan ini. “Bayangkan kalau siswa lebi dulu mengetahui informasi tentang sesuatu hal, kemudian Guru tidak memahami atau malah tidak tahu informasi itu, terus murid atau siswa bertanya pada siapa. Paling-paling untuk menutupi kekurangannya, Guru memberi cap siswanya negatif,” kata Isa.
Karenanya, Isa sepakat bahwa kesenjangan Guru dan siswanya harus dipersempit. Agar Guru mampu menjadi tempat bertanya bagi siswanya, sekaligus mampu mengimbangi keterampilan siswanya. (tok/fik)