Gerakan islam radikal dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terus berkembang dan merekrut pengikut baru, dari Jawa Timur.
“Yang terakhir pada 21 Juli, ada 7 orang satu keluarga berangkat ke Turki. Mereka ini satu keluarga ada istri dan anaknya yang berusia 2 tahun berasal dari Lamongan,” kata Brigjen TNI Andi Zainuddin Azikin kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Jawa Timur ketika memberikan paparan bahaya ISIS di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (7/8/2014).
Tujuh orang asal Lamongan ini bahkan sudah berangkat ke Mosul, Iraq melalui jalur Turki. Mereka berangkat dengan disponsori oleh anggota ISIS yang sudah pulang dari Iraq.
Andi Zainuddin yang mantan Komandan Korem Baskara Jaya Surabaya ini mengatakan, awalnya pergerakan anggota ISIS ke Iraq dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan menumpang relawan kemanusiaan. Tapi belakangan mereka berangkat dengan terang-terangan melalui Turki.
Apalagi saat ini ada hubungan baik antara Indonesia dan Turki sehingga mengurus visa 30 hari bisa tinggal di Turki selama 20 bulan. Selain itu, WNI dari Turki saat ini juga bebas kembali ke Indonesia dan kembali lagi ke Turki.
“Saat ini diperkirakan banyak (anggota ISIS) yang masih hidup dan kembali (ke Indonesia). Misinya untuk membentuk lagi jihad-jihad baru,”kata dia.
Saat ini, setidaknya ada enam WNI anggota ISIS yang tewas.Yang terakhir adalah WNI atas nama Wildan, seorang tokoh yang cukup disegani di Syiria dia tewas menggunakan bom bunuh diri. Selain itu WNI atas nama Agus Mushola yang juga tewas tertembak. Agus ini adalah alumni dari Poso.
Andi zainuddin mengatakan, di Dunia, anggota ISIS saat ini telah mencapai 7-8 ribu orang dan berasal dari 50 negara termasuk Indonesia.
Ditempat yang sama, Mayjen TNI Eko Wiratmoko Panglima Kodam V/Brawijaya mengatakan, anggota ISIS di Jawa Timur kemungkinan akan terus berkembang. Sebab, beragam propaganda saat ini juga terus dilakukan, baik melalui pertemuan dan kajian, maupun juga melalui jejaring sosial, buku dan media.
“Mereka ini teroris gaya baru. Jangan sampai ISIS berkembang. Sebab mereka adalah gerakan terlarang dan bertentangan dengan idiologi pancasila,” kata dia.
Sementara Irjen Pol Unggung Cahyono, Kepala Polda Jawa Timur membenarkan adanya pergerakan ISIS di Jawa Timur. “Di Kecamatan DAU sempat ada pertemuan di Masjid Jamik Sulaiman. Tetapi karena warga menolak, mereka semua bubar dan tidak kembali lagi,” kata dia.
Untuk membentengi ISIS di Jawa Timur, baik Kapolda, Pangdam maupun Kepala BIN berharap peraturan gubernur segera diterbitkan.
Sekadar diketahui, pertemuan antara Kapolda, Pangdam, dan Kepala BIN ini digelar di Gedung Negara Grahadi Surabaya.
Dipimpin langsung Soekarwo, Gubernur Jawa Timur, dalam pertemuan ini juga turut hadir belasan ulama dari beragam ormas Islam dan pesantren.
Hasil dari pertemuan ini selanjutnya akan segera dirumuskan ke dalam sebuah Peraturan Gubernur untuk melarang keberadaan ISIS di Jawa Timur. (fik/rst)