Mati atau mulai terkikisnya dolanan tradisional seiring perkembangan jaman itu akibat tidak ditransformasikan.
Tri Broto Wibisono Pakar Kesenian Tari dan Seniman pada Radio Suara Surabaya mengatakan, selama ini guru-guru di sekolah hanya kenal dengan mainan modern yang sifatnya individual.
“Untuk menumbuhkan kembali dolanan tradisional bisa ditransformasikan di sekolah-sekolah yang punya halaman luas. Kalau di rumah sekarang jarang ada yang punya halaman luas,” kata dia.
Manfaat dolanan tradisional sendiri, lanjut dia, bisa membangun kebersamaan, toleransi dan sportifitas. Misalnya engkle yang mengandung unsur sportifitas yang termasuk permainan satu lawan satu. Tapi sebaliknya kalau gobak sodor itu dolanan tradisional secara berkelompok.
Kata Tri Broto, setiap permainan selalu menggambarkan suasana anak, dimana ketika bermain dan mereka tidak pernah berpikiran untuk bermusuhan.”Kalaupun mereka bertengkar besoknya juga akan kumpul lagi, itulah anak-anak,” ujar dia.
Tri Broto menambahkan, nilai rasa kasih sayang atau gotong royong sangat melekat di setiap dolanan anak yang dimainkan. (dwi)
Teks Foto :
– Klompen satu diantara dolanan tradisional anak yang menguji kekompakan dan kerjasama
Foto : dok. suarasurabaya.net