Komunitas Budaya Arek Surabaya kirim puluhan kucing ke kantor DPRD Surabaya. Aksi ini sebagai bentuk protes para seniman dan budayawan di Surabaya dengan matinya satwa-satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS).
Taufik Monyong Koordinator Komunitas Budaya Arek Surabaya mengatakan, dia dan kelompoknya mendesak DPRD Surabaya untuk segera mengambil sikap, dengan kematian satwa di KBS, khususnya kematian Michael singa Afrika yang dinilai tidak wajar beberapa hari lalu.
“Kita sangat prihatin dengan apa yang terjadi di KBS. Kita ingin DPRD Surabaya sebagai kontrol pemerintah mengambil tindakan jangan diam saja,” ujarnya, Senin (13/1/2014).
Ditambahkan Taufik, Komunitas Budaya Arek Surabaya juga mendesak Pemerintah Kota Surabaya untuk membuat laporan tertulis sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada warga Surabaya tentang kematian satwa yang terus terjadi terutama kematian singa yang tidak wajar. “Pemkot Surabaya harus bertanggung jawab kepada warga Surabaya dengan membuat laporan tertulis dengan kematian satwa, serta mengganti satwa-satwa yang mati, kalau mereka tidak mampu kandang-kandang di KBS diisi kucing saja” tegasnya.
Taufik mengatakan, kalau pemkot tidak melaksanakan tuntutan itu, maka harusnya KBS dikelola lembaga profesional dan bertanggung jawab. “DPRD juga harus melakukan evaluasi kinerja pengelolaan itu dan melaporkannya kepada masyarakat,” katanya.
Selain itu, para seniman dan budayawan juga minta Polrestabes Surabaya segera melakukan penuntasan penyelidikan dengan kematian singa tanpa adanya interfensi dari pihak manapun.
Di akhir aksinya, sebagai simbol keprihatinan dengan kematian satwa di KBS, Komunitas Budaya Arek Surabaya menggelar aksi melepaskan kucing dari kandang dan menyerahkan ke Mochammad Mahmud Ketua DPRD Surabaya. (tas/fik)
Teks Foto :
1. Taufik Monyong menyerahkan kucing ke Mochammad Mahmud Ketua DPRD Surabaya, Senin (13/1/2014).
2. Tuntutan para seniman dan budayawan pada DPRD dan Pemkot Surabaya dituliskan dalam poster.
Foto : Teguh suarasurabaya.net