Diantara korban lumpur lapindo asal Desa Gempolsari RT 10/ RW 2, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, yang rumahnya terendam banjir air campur lumpur, ada beberapa warga yang enggan dievakuasi ke Kantor Balai Desa Gempolsari.
“Saya nggak mau mengungsi karena cucu saya, nggak mau meninggalkan tempat tidur,” kata Burah warga korban lumpur lapindo tinggal di Desa Gempolsari kepada suarasurabaya.net, Selasa (16/12/2014).
Burah mengatakan, cucunya bernama Nur Supriyana berusia 10 tahun dan Yuni anak mantunya memilih bertahan di tempat tinggalnya. Sebelumnya, Nur Supriyana dibawa ke klinik di kawasan Desa Kalitengah, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo untuk mendapatkan perawatan dokter.
Padahal kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Genangan air campur lumpur sudah setinggi 4hampir setengah meter. Ketinggian genangan hari ini meningkat sejak turun hujan deras dan belum tertanganinya tanggul jebol di titik 73 Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, pada Minggu (16/12/2014) lalu.
“Kami nggak mau mengungsi, karena permintaan dari cucu saya sendiri,” ujar perempuan 55 tahun tersebut.
Secara terpisah, Sutomo warga Desa Gempolsari juga mengungkapkan, kalau dirinya masih ingin bertahan di tempat tinggalnya. “Saya akan tetap tinggal, tidak mau meninggalkan rumah. Kan masih ada rumah yang ada di depan,” kata Sutomo.
Untuk diketahui, warga korban lumpur lapindo Desa Gempolsari RT 10/ RW 2 Kecamatan Gempolsari masuk dalam peta area terdampak (PAT). Rata-rata mereka belum menerima pelunasan pembayaran ganti rugi dari PT Minarak Lapindo Jaya. Diantara mereka baru menerima cicilan 20 persen. Bahkan ada yang belum menerima pembayaran sama sekali. (riy/edy).