Cuaca kurang bersahabat yang terjadi beberapa hari belakangan ini di Kota Surabaya, ternyata berdampak bagi kondisi kesehatan sejumlah satwa asal Afrika yang berada di sangkar peraga PDTS KBS.
Drh. Liang Kaspe direktur operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), kepada suarasurabaya.net, Selasa (7/1/2014) membenarkan hal itu.
“Kita rasakan sendiri bahwa cuaca di Kota Surabaya belakangan ini memang tidak menentu dan justru ditandai dengan hujan terus menerus dan di malam hari sangat dingin suhunya. Kondisi ini sangat berpengaruh pada satwa asal Afrika,” terang Liang.
Sejumlah satwa asal Afrika seperti Singa, Eland, Jerapah yang dimiliki KBS, terbiasa hidup pada habitatnya yang panas, dan kering. Sedangkan cuaca Surabaya beberapa waktu ini menjadi lembab dan basah.
Kondisi seperti itu memang sangat berpengaruh bagi kondisi fisik satwa-satwa tersebut. Senin (6/1/2014) malam Gnu satu diantara koleksi disatwa KBS asal Afrika ditemukan mati di dalam sangkar peraganya.
Dari hasil otopsi tim medis, Gnu (Coonnocaetes) mati karena kembung, dan diperkirakan sebagai dampak cuaca yang lembab dan basah. “Oleh karena itu, kami terus pantau satwa-satwa asal Afrika yang jadi koleksi kami,” tukas Liang.
Upaya apa yang sudah dilakukan PDTS KBS terkait dengan itu? Liang menegaskan bahwa pihaknya berupaya untuk menjaga agar sangkar peraga satwa asal Afrika tetap bersih dan kering.
“Dan kami juga memberikan vitamin dan tambahan makanan sehat agar kondisi satwa tetap fit pada perubahan cuaca seperti ini. Kepada keeper satwa khusus asal Afrika, kami juga pesankan agar pemantauan dilakukan lebih cermat,” pungkas drh. Liang Kaspe pada suarasurabaya.net, Selasa (7/1/2014).(tok/rst)
Teks foto:
– Gnu asal Afrika menyisahkan satu ekor setelah pasangannya mati.
Foto: Totok suarasurabaya.net