Sabtu, 23 November 2024

Cuaca Buruk Bisa Jadi Penyebab Gnu Kembung

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan

Ditegaskan drh. Liang Kaspe direktur operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), bahwa kematian Gnu karena kembung dapat terjadi akibat cuaca buruk yang terjadi di Kota Surabaya belakangan ini.

Gnu atau dalam bahasa Latin Connocaetas, merupakan satu di antara berbagai jenis satwa lainnya yang berasal dari Afrika dengan habitat khas yaitu panas dan kering.

“Gnu memang aslinya berasal dari Afrika dan habitat satwa ini memang berada pada lingkungan yang tidak hanya panas tetapi sekaligus kering. Tidak hanya Gnu, ada juga Jerapah, Singa, juga merupakan satwa dengan habitat yang tidak jauh berbeda dengan Gnu,” terang drh. Liang Kaspe.

Di dalam sangkar peraganya di KBS, lanjut Liang, Gnu ditempatkan dengan pendekatan lingkungan yang hampir menyerupai habitat aslinya, penih dengan bebatuan dan pasir.

Sedangkan di Kota Surabaya khususnya, beberapa waktu belakangan ini, cuaca sedang tidak bersahabat, ditandai dengan mendung gelap, kemudian disusul dengan hujan deras.

Meskipun hujan kadang tidak lama, tetapi yang terjadi kemudian adalah tingkat kelembaban suhu udara menjadi lebih dingin dibanding hari biasa. “Cuaca seperti itu sangat berpengaruh bagi satwa dengan habitat kering,” kata Liang.

Oleh karena itu, tambah Liang, berdasarkan hasil otopsi pada Gnu dipastikan mati karena kembung pada bagian perut, sebagai dampak cuaca yang kurang bersahabat beberapa hari belakangan ini.

“Kalau manusia, pada saat cuaca buruk, kedinginan, bisa langsung mencari minyak kayu putih untuk dioleskan pada tubuhnya, supaya hangat. Kalau binatang khan tidak, dan Gnu sesuai habitatnya satwa di habitat kering,” pungkas Liang saat ditemui suarasurabaya.net, Senin (6/1/2014).(tok/ipg)

Teks foto:
-Kembung pada Gnu koleksi KBS dipastikan karena cuaca buruk.
Foto: repro Wikipedia.

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs