Bukan timbangan yang dijadikan alat ukur untuk melihat tubuh kita termasuk obesitas atau bukan. Namun cermin lebih obyektif menilai tubuh kita.
“Sebetulnya alat ukur yang paling benar adalah kaca. Coba kita buka baju dan lihat di kaca kita senang melihat badan kita apa tidak? Perutnya gemuk apa tidak? Menurut saya alat ukur paling obyektif ya kaca itu,” kata Dr. Phaidon L. Toruan Trainer Diet dan Kesehatan pada Radio Suara Surabaya.
Sebenarnya apa ciri-ciri seseorang sudah termasuk obesitas atau bukan. Ternyata jawabannya paling banyak perut.
“Ketika perutnya sudah mumbul berarti ya sudah itu waktunya alarm. Kalau lengannya kecil tapi perutnya besar itu sama saja. Jadi dalam berbagai acara saya bilang tidak begitu mempertimbangkan timbangan,” ujar dia.
Obesitas itu penilaiannya bukan pada beratnya timbangan badan tapi pada prosentase lemak dalam tubuh.
“Buat saya obesitas itu bukan hanya sekedar lebih berat badan tapi prosentase lemak yang tinggi. Saya lebih setuju dengan prosentase lemak daripada timbangan. Kalau berat badan, banyak binaraga-binaraga atau atlet yang kalau kita lihat itu tergolong obesitas tapi prosentase lemaknya kecil kan orang seperti itu tidak bisa dikategorikan obesitas,” katanya.
Standart prosentase lemak ideal dalam tubuh kalau di posisi 20%. Tapi kalau sudah 25 sampai 30% artinya sudah banyak lemak dalam tubuh yang bisa mengganggu kesehatan. (gk/dwi)
Foto : Ilustrasi