Jumat, 22 November 2024

Cagar Budaya Butuh Pengelola Kreatif Inovatif

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Rumah HOS Tjokroaminoto, tetap bersahaja. Foto: Totok suarasurabaya.net

Kala hiruk pikuk berlangsung menyambut semarak hari ulang tahun (HUT) ke 69 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Senin (11/8/2014) 2 cagar budaya penting sejarah bangsa di Kota Surabaya, rumah tinggal HOS Tjokroaminoto dan rumah yang konon tempat lahir Soekarno, tetap bersahaja. Tanpa kemeriahan.

“Memang dibutuhkan pengelola cagar budaya yang kreatif sekaligus inovatif agar keberadaan cagar budaya dalam bentuk apapun, termasuk rumah bersejarah, tetap menjadi bagian dari perkembangan kota. Tetap dilihat dan diingat generasi ke generasi,” terang Freddy H. Istanto Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia.

Jika pengelola cagar budaya tidak memiliki inovasi dalam rangka memobilisasi masyarakat untuk terus mengingat dan membangun rasa memiliki keberadaan sisa peninggalan sejarah itu, kata Freddy, maka tunggu saja waktunya sampai cagar-cagar budaya itu ambruk dan tak terawat.

“Menggelar kegiatan-kegiatan positif misalnya, dapat menjadi bagian dari gerakan kreatif dalam rangka menjaga keberadaan cagar budaya. Bedah buku Soekarno di halaman rumah tempat lahir Soekarno di Pandean, apakah tidak boleh?” tanya Freddy.

Atau mengajak pelajar mendatangi rumah-rumah bersejarah tersebut, lanjut Freddy yang undangannya disampaikan melalui media sosial, diharapkan juga menjadi gerakan inovatif sekaligus kreatif untuk menjaga keberadaan cagar budaya itu sendiri.

Sementara itu menurut Agus ‘Kucink’ Soekamto Dosen sekaligus seniman pengisi ruang Nusantara museum De Rouen di Prancis, kreativias mengelola cagar budaya akan memberikan pemahaman lebih komplit kepada generasi muda tentang perjalanan sejarah bangsa.

“Tentu saja dengan pengelolaan yang kreativ sekaligus inovativ juga akan memberikan kemudahan bagi generasi muda untuk tahu sejarah perjalanan bangsanya sendiri. Ini sangat dibutuhkan bagi kota seperti Surabaya yang punya banyak cagar budaya,” tegas Agus ‘Kucink’ Soekamto saat ditemui suarasurabaya.net.

Tidak cukup hanya membiarkan saja, atau sekedar merawat saja. “Cagar budaya memang peninggalan sejarah. Tetapi apakah tidak boleh cagar budaya dikelola dengan kreativ tanpa menghilangkan orisinalitas cagar budaya itu sendiri,” tanya Freddy H. Istanto, Senin (11/8/2014).(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
32o
Kurs