Jumat, 31 Januari 2025

Belajar Atasi Kemacetan Dari Kota-kota di Dunia

Laporan oleh Desy Kurnia
Bagikan

Jalan di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya macet setiap hari utamanya di jam-jam masuk dan pulang kerja. Begitulah potret salah satu permasalahan di kota besar.

Adanya kemacetan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena banyak masyarakat yang mampu membeli kendaraan sendiri padahal pembangunan infrastruktur belum mendukung jumlah kendaraan yang ada.

Lalu bagaimana cara mengatasi kemacetan? Banyak alternatif yang bisa dilakukan, satu di antaranya ialah pembuatan peraturan jadwal masuk kerja yang berbeda-beda pada setiap instansi, sekolah maupun perusahaan.

Dengan adanya perbedaan jadwal aktivitas masuk dan keluar warga, dimungkinkan bisa mengurai kemacetan. Dengan kata lain tidak ada lagi kepadatan lalu lintas di jam jam tertentu, karena akan ada pemerataan.

Di Indonesia, jadwal masuk sekolah dan masuk kerja baik itu instansi maupun perusahaan rata-rata aktif di jam yang sama. Di Surabaya misalnya, jam aktif warga untuk berangkat sekolah dan kerja sekitar pukul 07.00 – 08.00 WIB. Sedangkan jam pulang sekitar pukul 16.00 – 17.00 WIB. Akibatnya di jam-jam tersebut akan terjadi puncak kepadatan lalu lintas di beberapa titik di Surabaya.

Yang jadi pertanyaan kemudian, apakah cara ini efektif dan akan bertahan berapa lama? Untuk mengetahuinya mari kita tengok bagaimana aktivitas warga kota di beberapa negara di luar Indonesia.

1. Di Hongkong

Uung Kurneti, warga Indonesia yang tinggal di Hongkong mengatakan, jam masuk dan keluar untuk anak sekolah dan pekerja di Hongkong memang dibedakan.

Untuk anak sekolah, jam aktif masuk ialah pukul 08.00 dan jam pulangnya pukul 17.00. Sedangkan para pekerja, jam aktif pukul 08.30 dan keluar kantor pukul 19.00 malam waktu Hongkong.

Menurut dia, Hongkong adalah kota yang ramai dan terkadang memang ada kemacetan tapi tidak separah yang terjadi di Indonesia. “Kalau di Indonesia itu macet karena volume kendaraan yang banyak, sedangkan di sini macetnya karena antrean naik transportasi umum,” kata Uung dari Hongkong saat dihubungi suarasurabaya.net.

Tapi, ia menambahkan, kemacetan itu cepat terurai karena penjadwalan trasnportasi di Hongkong sangat teratur. “Tiap 15 menit transportasi umum seperti angkot pasti ada dan jam operasionalnya mulai pukul 6 pagi hingga 12 malam,” terangnya.

Warga Hongkong lebih memilih menggunakan transportasi umum karena biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibanding membawa kendaraan pribadi.

“Biasanya biaya transport pulang-pergi hanya sekitar 50 dollar. Tapi kalau bawa mobil sendiri harga parkirnya saja sekitar 20 dollar per jam, Itu sangat mahal,” ungkapnya.

2. Di Jepang

Ditalia yang pernah tinggal beberapa waktu di Jepang membagi pengalamannya. Untuk anak sekolah, menurutnya, jam masuk dan pulang hampir sama dengan di Indonesia yakni sekitar pukul 07.00 dan keluar pukul 15.00 waktu Jepang.

Sedangkan untuk para pekerja di sana, biasanya mereka akan berangkat sangat pagi yakni sekitar pukul 5 atau 6 pagi. “Di sana ada anggapan kalau pegawai tidak berangkat pagi berarti dia belum terbilang sukses,” kata dia.

Tidak jauh beda dengan di Hongkong, warga di Jepang lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum yang terjadwal tepat waktu daripada menggunakan trasnportasi pribadi.

“Iya harga parkir emang lebih mahal dari harga beli mobil. Kalu dirupiahkan sekitar 500 ribu – 1,5 juta rupiah. Itu sudah kebijakan di Jepang,” ungkapnya saat berkomunikasi lewat jejaring sosial e100.

3. Di Paris

Menurut Lyla Thiyana, di Paris jadwal aktivitas warganya berbeda-beda. “Kalau pelajar atau siswa sekolah mulai masuk jam 8 pagi dan berakhir pukul 6 sore. Sedangkan untuk pekerja, mereka mulai aktif pukul 10 pagi dan selesai pukul 7 malam waktu Paris,” kata dia.

Kalau soal kemacetan, ia menambahkan, yang bikin Paris tidak macet karena gaya hidup orang sana yang lebih memilih transportasi publik yang jam operasinya mulai pukul 5 pagi hingga 12 malam.

“Selain itu sih, di sini pemerintah mengupayakan menyediakan banyak alternatif trasnportasi publik dan semuanya dibuat senyaman mungkin dengan biaya yang terjangkau. Bahkan ada diskon buat mereka yang punya kartu langganan perbulan,” terangnya.

Dari tiga negara tersebut, bisa disimpulkan bahwa mengatur jadwal aktivitas warga yang berbeda-beda pada setiap instansi, sekolah dan perusahaan dinilai cukup efektif mengurai kemacetan di tiga kota besar tersebut.

Namun disamping itu, pemerintah di ketiga kota tersebut membudayakan masyarakatnya untuk lebih memilih transportasi umum. Mereka membuat kebijakan terkait ongkos parkir yang mahal hingga biaya transport umum yang sangat murah dengan fasilitas yang nyaman. (ain/ipg)

Teks Foto :
– Gambaran kemacetan jalan protokol di Kota Surabaya.
Foto: Dok. suarasurabaya.net

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Jumat, 31 Januari 2025
29o
Kurs