Sebanyak 35 kabupaten/kota di Jawa Timur hingga kini belum melakukan proses migrasi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Padahal sesuai Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara BPJS, migrasi harusnya dilakukan sejak 1 Januari 2014 silam.
“Ini sangat menggejutkan karena hingga saat ini ternyata baru tiga kabupaten/kota di Jatim yang sudah migrasi, sedangkan sisanya hingga kini belum melakukan apapun,” kata Jamaluddin, Koordinator Relawan BPJS Jawa Timur, Sabtu (11/10/2014).
Menurut dia, tiga daerah yang sudah melakukan migrasi yaitu Kota Surabaya dengan jumlah peserta Jamkesda sebanyak 291 ribu, lantas Kota Blitar sebanyak 16 ribu dan Kabupaten Pacitan sebanyak 12 ribu.
Yang lebih parah lagi, kata Jamaluddin, peserta Jamkesda yang ditanggung Pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 707 ribu ternyata juga belum dilakukan migrasi.
“Pemerintah provinsi yang harusnya jadi contoh ternyata juga belum melakukan migrasi,” ujarnya. Karenanya, Jamal berharap proses migrasi segera dilakukan karena sesuai amanat UU nomor 24 tahun 2011, BPJS harusnya sudah bisa digunakan sejak 1 Januari 2014 silam.
Dengan belum migrasinya Jamkesda ke BPJS, maka mayoritas pasien miskin di Jawa Timur hingga saat ini belum terdaftar di BPJS.
Padahal dengan BPJS, maka pasien miskin bisa berobat dimanapun dengan penyakit apapun. “Bahkan penyakit mahal seperti yang mengharuskan cuci darah juga gratis,” kata dia.
Terpisah, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan akan segera melakukan evaluasi pelaksanaan BPJS di Jawa Timur.
“Kita akan segera evaluasi kenapa migrasi kok tidak berjalan. Prinsipnya migrasi harus selesai tahun ini,” ujarnya.
Sementara itu, Dodo Anondo, Direktur Utama RSU Dr Soetomo mengatakan meski proses migrasi belum seluruhnya dilakukan tapi secara pribadi mayoritas pasien sebenarnya sudah mengurus BPJS. “Bisa dilihat 90 persen pasien di Dr Soetomo saat ini merupakan pasien BPJS,” ujarnya.
Pihak rumah sakit sendiri saat ini mengaku mulai kualahan karena rumah sakit tak mungkin menolak pasien. Untuk saat ini perharinya RSU Dr Soetomo merawat sekitar lima ribu pasien.
Dodo hanya berharap, sistem rujukan terstruktur bisa diterapkan sehingga tak semua pasien harus dibawa ke RSU Dr Soetomo. (fik)