Sabtu, 23 November 2024
Diskusi e100

Banyak Cara Selain RFID

Laporan oleh Larasati Putri Ayuningtyas
Bagikan

Pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) pada kendaraan dan SPBU merupakan upaya yang dilakukan Pertamina untuk dapat mengendalikan BBM bersubsidi. Kebijakan yang mulai disosialisasikan sekitar Oktober 2013 lalu ini, ternyata masih menimbulkan kontra di tengah masyarakat.

Salah satunya tergambar dalam forum #Diskusi di fanpage Suara Surabaya e100, Kamis (27/2/2014) . Dibanding pemasangan RFID, pemerintah bisa memilih kebijakan lain yang dipandang lebih efisien untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi.

RFID menyasar kendaraan yang masih mengunakan BBM bersubsidi, terutama roda 4. Nantinya dengan memasang RFID, konsumsi BBM bersubsidi pada kendaraan bisa dikontrol. Dampak makronya, konsumsi BBM bersubsidi secara nasional akan berkurang. Namun, akun Johan Suryana Soehartono meragukan keefektifan RFID untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi dalam jangka panjang. “Untuk menekan kuota BBM jangka pendek mungkin efektif. akan tetapi untuk jangka panjang kuota BBM juga jebol, karena pertumbuhan kendaraan bermotor juga naik. solusi efektif ya mengembangkan moda transpotasi massal.”

Selain perbaikan moda transportasi massal, hal lain yang bisa diupayakan pemerintah adalah langkah yang tidak populer dimata rakyat, yakni cabut subsidi BBM.

“Pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) adalah bagian management panik yang dilakukan oleh Pertamina dan menurut saya sangat tidak efektif. lebih baik cabut subsidi BBM dan jaga ketersediaan stok BBM,”, tulis akun Priananda Top.

Borosnya BBM bersubsidi juga tarik menarik dengan pertumbuhan kendaraan yang makin masif. Kredit kendaraan yang murah, membuat jalanan bak lautan kendaraan baru setiap harinya. Akun Dwi Hartati menuliskan, jika pemerintah ingin BBM bersubsidi tidak membebani APBN, sebaiknya perbaiki kebijakan kredit kendaraan. Sehingga masyarakat bisa mengandalkan moda transportasi massal atau setidaknya berpikir dua kali untuk membeli kendaraan baru.

Sebelumnya, Pertamina menjadwalkan pemasangan RFID dilakukan di 276 SPBU dan hampir 10 juta kendaraan baik mobil motor dan angkutan umum di Jakarta pada Juli 2013 lalu. Namun, Pengadaan terhambat karena PT Inovasi Teknologi (INTI) sebagai pemenang tender kesulitan mengimpor alat-alat itu karena pelemahan Rupiah.

Sementara itu, terlepas dari komentar-komentar bernada menolak keberadaan RFID, akun Dwi Paris justru memandang optimis program ini, saya dukung program ini dan mohon tidak langsung diskeptis dg program ini, smua bisa lancar bila kita tahu program ini secara global,. Dwi juga memaparkan bahwa program ini nantinya akan berjalan dalam 2 tahap, antara lain :

1.Monitoring
Pada sistem ini tidak memandang segala jenis kendaraan(mewah,biasa,luar biasa) akan dipasang tujuannya sejauh mana pemakaian masyarakat terhadap bbm(tdak hanya premium saja)/fungsi pengawasan manfaatnya(secra kuantitas) kita bisa mencegah adanya kendaraan yg sudah dimdifikasi untuk menimbun minyak,dll

2.Pengendalian
Pada tahap ini pertamina akan berlakukan pembelian berbatas dan menerapkan sistem otomatisasi stop, dan pertamina pun mulai tindak tegas bagi pengendara yang bandel hendak melakukan pengisian premium tidak akan bisa keluar karena di ring yang telah dipasang di kendaraan sudah terintegrasi dg perangkat di noozle (corong yg dimasukkan k tangki kendaraan) sesuai kendaraan yang berhak. saya dukung program ini dan mohon tidak langsung diskeptis dg program ini, smua bisa lancar bila kita tahu program ini secara global. (ras/ipg)

Foto: Ilustrasi

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs