Banjir di Sidoarjo kali ini tergolong yang terparah. Aktivitas warga terganggu karena air tidak lekas surut meskipun hujan tidak lagi turun. Selain intensitas hujan yang cukup deras dan lama sepanjang 2 malam belakangan ini, perubahan infrastruktur pengairan dan drainase Sidoarjo jadi diantara penyebab.
Seperti yang dijelaskan Badrun Sekretaris Desa Barengkrajan, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Kata lelaki berusia 46 tahun ini, ada perubahan fungsi dan bentuk saluran pengairan dalam 10 tahun terakhir. Saluran-saluran air menuju Avoor Buntung yang dulunya merupakan saluran pengairan, banyak yang mengalami penyempitan karena pengembangan kawasan permukiman warga.
Di sisi lain, Pemkab Sidoarjo, menurut Badrun, tidak pernah melakukan normalisasi sistem pengairan dan drainase. “Harusnya dilakukan pengerukan dan pelebaran saluran air agar ketika ada kelebihan volume, saluran ini bisa menampung air,” ujarnya.
Di Desa Barengkrajan sendiri, banjir selama 2 hari terakhir adalah yang terburuk sepanjang desa ini berdiri. Di Jl. Sidorono, akses utama desa ini, air menggenang setinggi setengah meter.
Akibat banjir ini, aktivitas desa terganggu. SDN Barengkrajan 1 dan 2 serta Puskesmas desa ikut terendam. Akibatnya dua layanan publik ini terganggu operasionalisasinya. Para siswa dua SD tersebut terpaksa diliburkan, sedangkan puskesmas tetap beroperasi tapi tidak bisa maksimal melayani warga.
Warga, kata Mochammad Siono warga Desa Barengkrajan berharap Pemkab Sidoarjo segera mengantisipasi dampak ikutan dari musibah banjir ini. “Kami harap Pemkab Sidoarjo bisa lakukan sosialisasi dan bantuan pada warga agar tidak terserang penyakit seperti demam berdarah, diare, dan penyakit kulit,” ujarnya.(edy)
Teks Foto :
– Puskesmas Barengkrajan, Krian, Sidoarjo, terendam banjir
Foto : Eddy suarasurabaya.net